Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah penelitian menunjukkan makanan dengan protein tinggi memiliki risiko terhadap kesehatan tubuh. Dilansir dari Medical News Today, penelitian terbaru yang dilakukan oleh Pennsylvania State University (Penn State) menemukan adanya hubungan antara konsumsi makanan berprotein tinggi dengan peningkatan risiko penyakit kardiometabolik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Para peneliti menyatakan protein terdiri dari senyawa kecil yang disebut asam amino dan beberapa di antaranya mengandung atom unsur sulfur. Mereka menamainya dengan asam amino sulfur.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tubuh manusia membutuhkan asam amino ini untuk berfungsi dengan baik. Namun, seperti halnya dengan banyak nutrisi lain, jika asam amino itu hadir dalam jumlah yang berlebihan, maka bisa menghasilkan dampak buruk.
Hal itu lah yang diteliti oleh ilmuwan dari Penn State. Mereka melihat status kesehatan 11.576 orang yang melakukan diet lalu membuat skor risiko penyakit kardiometabolik gabungan yang menilai risko masing-masing terhadap masalah seperti penyakit jantung, struk, dan diabetes. Dalam hal ini, mereka mengukur tingkat biomarker dalam darah partisipan setelah berpuasa selama 10-16 jam,
“Biomarker ini merupakan indikasi risiko seseorang terhadap penyakit, seperti halnya kadar kolesterol tinggi yang merupakan faktor risiko penyakit kardiovaskular,” jelas John Richie, yang merupakan salah satu penulis penelitian.
Selain itu, para peneliti juga menganalisis informasi tentang kebiasaan diet para peserta, termasuk perhitungan asupan nutrisi. Untuk mengerucutkan penelitian, mereka mengecualikan partisipan yang mengonsumsi asam amino dalam takaran rendah.
Adapun, analisis akhir tim mengungkapkan bahwa para peserta terpilih memiliki asupan rata-rata asam amino sulfur lebih banyak hingga 2,5 kali dibandingkan kebutuhan tubuh per hari. Mereka juga menemukan peserta dengan asupan asam amino sulfur yang tinggi cenderung memiliki skor risiko kardiometabolik yang juga tinggi.
Hubungan keduanya tetap ada bahkan setelah para peneliti memperhitungkan faktor pembaur seperti usia, jenis kelamin, dan riwayat kesehatan para partisipan. Adapun, peneliti menyebut bahwa asam amino sulfur bersumber dari hampir semua jenis makanan.
“Daging dan makanan berprotein tinggi lain umumnya memiliki kandungan asam amino sulfur yang lebih tinggi. Orang-orang yang makan banyak produk nabati akan mengonsumsi asam amino sulfur yang lebih rendah,” kata Zhen Dong, penulis utama penelitian.
Kendati telah ditemukan keterkaitan antara konsumsi protein yang tinggi dengan risiko penyakit kardiometabolik, para peneliti mengingatkan bahwa temuan ini masih dalam bentuk pengamatan dan masih harus diverifikasi lebih lanjut.