Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Nasi goreng adalah sajian yang biasanya ditemukan menjadi menu makan pagi dan makan malam oleh sebagian masyarakat Tanah Air. Nasi goreng adalah menu andalan, sebab bisa diolah dengan baha-bahan yang tersedia di dapur.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Namun, ahli nutrisi yang dikutip dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia yang dikutip dari mengatakan untuk sarapan setidaknya dilakukan setidaknya dua jam setelah bangun pagi. Akan tetapi, bagaimana dengan sarapan nasi goreng?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada umumnya, masyarakat Indonesia mengonsumsi nasi goreng pada pagi hari dan dijadikan sebagai menu sarapan. Nasi goreng mengandung kalori yang cukup tinggi, yaitu sebesar 267 kal. Menurut 2015-2020 Dietary Guidelines for Americans menjelaskan bahwa kebutuhan kalori setiap orang berbeda-beda dan tergantung jenis kelamin.
Jika menu sarapan yang dikonsumsi memiliki kalori dengan kadar yang tinggi, maka sumber energi yang diperlukan menjadi tidak terpenuhi. Akibatnya, tubuh akan bekerja menjadi lebih keras dalam mencerna makanan tersebut.
Ahli gizi dari India, Pooja Makhija mengatakan bahwa masalah mengenai nasi sebagai sumber karbohidrat. Menuru Pooja, setiap kali seseorang mengonsumsi nasi, maka karbohidrat yang akan diubah menjadi glukosa dan glukosa tersebut membutuhkan insulin.
Jika insulin dalam tubuh meningkat, maka hal ini akan mendorong otak untuk memasukkan asam lemak triptofan. Hal ini bisa menyebabkan melatonin dan serotonin dalam tubuh meningkat. Melatonin dan serotonin adalah hormon penenang yang terdapat dalam tubuh yang bisa menyebabkan rasa mengantuk.
Kantuk yang disebabkan oleh kedua hormon ini bisa terjadi setelah mengonsumsi nasi goreng. Hal tersebut adalah hal yang wajar. Pooja mengatakan trik agar tidak mengantuk setelah makan nasi. Yaitu melalui kontrol porsi sebagai cara termudah untuk menghindari rasa kantuk di siang hari tersebut. Pooja melanjutkan, bahwa makan siang seharusnya hanya mengonsumsi makanan yang mengandung 50 persen sayuran, 25 persen protein, dan 25 persen karbohidrat.
Selain itu, dilansir dari yenkes.kemkes.go.id, rasa kantuk setelah makan bisa disebabkan oleh beragam faktor, antara lain:
- Pengaruh hormon ketika proses pencernaan
Makanan dan minuman setelah proses pengunyahan akan dicerna langsung oleh lambung dan usus. Ketika proses pencernaan tersebut berlangsung, maka tubuh akan melepaskan hormon tertentu, seperti serotonin dan melatonin. Peningkatan kedua hormon tersebut bisa menyebabkan rasa kantuk setelah makan.
- Perubahan aliran darah di otak
Tidak hanya hormon, faktor perubahan aliran darah di otak bisa menjadi salah satu penyebab rasa kantuk datang setelah makan. Setelah makan, aliran darah akan lebih banyak dialihkan ke saluran pencernaan agar tubuh bisa mengolah dan menyerap energi serta nutrisi dari makanan atau minuman yang dikonsumsi tersebut. Ketika hal tersebut terjadi, maka aliran darah pada otak akan sedikit berkurang dan bisa menyebabkan tubuh menjadi mengantuk, sering menguap sebab untuk mencukupi kebutuhan oksigen di otak.
- Kurang tidur
Ketika tubuh kurang tidur, maka tubuh akan merasa lelah dan rasa lapar akan mudah muncul. Hal ini bisa membuat rasa lapar yang berlebihan dan menyebabkan Anda untuk sering ngemil. Oleh sebab itu, rasa kantuk yang dirasakan akan semakin terasa. Untuk mencegah hal tersebut, maka mencukupi waktu tidur menjadi solusinya.
-Kurang olahraga
Kegiatan olahraga berpengaruh terhadap kekuatan dan daya tahan tubuh. Selain itu, olahraga juga bisa menjaga efisiensi kerja sistem kardiovaskular. Jika tubuh jarang berolahraga, maka tubuh akan mudah rasa lelah. Hal ini menjadi salah satu pemicu dari munculnya rasa kantuk setelah makan. Rutin berolahraga adalah solusi untuk permasalahan ini.
HAURA HAMIDAH I RINDI ARISKA
Pilihan editor: Hari-hari Jokowi di IKN, Ini Menu Sarapan dan Makan Malamnya