Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengembangkan bawang hitam yang dapat digunakan sebagai metode terapi diabetes dan penyakit kardiovaskular. Peneliti Pusat Riset Bahan Baku Obat dan Obat Tradisional BRIN, Ahmad Fauzantoro, memaparkan penggunaan bawang putih yang difermentasi menjadi bawang hitam dipilih karena memiliki kandungan senyawa hidrogen sulfida (H2S) yang berkhasiat untuk terapi pengobatan penyakit tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Berdasarkan berbagai riset, ada korelasi penyakit-penyakit tersebut dengan H2S. Menurunnya H2S bisa mengurangi kelenturan pembuluh darah, yang mengakibatkan resistensi insulin yang dapat menyebabkan penyakit seperti diabetes, jantung, dan stroke," katanya dalam gelar wicara daring, Rabu, 31 Juli 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Fauzan menjelaskan senyawa H2S sejatinya bisa dihasilkan tubuh jika dalam keadaan sehat karena senyawa tersebut terdapat pada gas yang dikeluarkan manusia melalui saluran cerna. Namun pada kondisi tertentu senyawa tersebut bisa tak dihasilkan secara alami oleh tubuh akibat pengaruh berbagai faktor seperti usia dan gaya hidup tidak banyak bergerak atau sedentari. Kondisi tersebut dapat meningkatkan hormon Plasminogen Activator Inhibitor-1 (PAI1) yang mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah dan resistensi insulin.
"Ibarat pembuluh darah ada sumbatannya maka jantung bekerja keras untuk memompa darah. Jika pembuluh darah ini tidak kuat maka akan pecah. Ketika pecah itulah peristiwa terjadinya stroke," ujarnya.
Makanan sumber H2S
Karena itu, Fauzan menyebut penderita diabetes dan penyakit kardiovaskular harus memperoleh senyawa H2S melalui sumber lain, termasuk makanan. Penelitian menyebut tujuh jenis kategori makanan yang mengandung senyawa tersebut, salah satunya sayuran berjenis allium atau bawang-bawangan seperti bawang merah, bawang putih, bawang bombay, serta daun bawang.
Adapun bawang hitam merupakan bentuk fermentasi bawang melalui teknologi pemanasan bertahap serta inframerah jarak jauh. Kelebihan produk yang dikembangkan memiliki kandungan S-AllylCysteine (SAC) yang bisa mereaksi pembentukan senyawa H2S yang lebih banyak hingga 4,5 kali lipat dibanding produk serupa asal Korea dan Jepang.
Produk tersebut terbukti menjaga kesehatan pasien di masa pandemi COVID-19 dan terus dikembangkan hingga sekarang menjadi berbagai jenis produk seperti ekstrak cair, saus bawang hitam, bawang jahe merah, serta aditif antidiabetes xanthan gum. Fauzan berharap produk tersebut dapat dimanfaatkan secara luas oleh masyarakat untuk menangani berbagai penyakit secara alami.
Pilihan Editor: 6 Manfaat Bawang Putih bila Dimakan Langsung