Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Cara Jitu Ajak Anak Olahraga, Jadikan Teamwork

Para orang tua mungkin sering kali kebingungan melihat tingkah anak di rumah yang malas bergerak dan berolahraga. Untuk antisipasinya, lakukan ini.

8 Januari 2018 | 09.40 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Seorang anak pengungsi belajar bermain olahraga curling dalam acara "Together Project" di Royal Canadian Curling Club di Toronto, 15 Maret 2017. (Frank Gunn/The Canadian Press via AP)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Bagi Anda para orang tua mungkin sering kali kebingungan melihat tingkah anak di rumah yang malas bergerak dan berolahraga. Sering kali keberadaan gawai dan segala aplikasi di dalamnya dijadikan kambing hitam atas hal ini, padahal gawai bukanlah alasan utama anak malas berolahraga.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Anak malas (berolahraga) itu jangan salahkan gadget, sebelum ada gadget pun dari dulu sudah banyak gangguan untuk anak berolahraga. Misalnya, gangguan permainan, gangguan video game, dan sebagainya," ujar psikolog anak Elizabeth Santosa.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Anak sesungguhnya sangat memerhatikan dan meniru apa yang dilakukan oleh orang tuanya, apa bila orang tua malas berolahraga, maka anak juga akan melakukan hal yang sama. Elizabeth mengatakan seharusnya, untuk membuat anak rajin berolahraga, orang tua harus memulainya terlebih dahulu. Baca: Rasakan 4 Tanda ini?Waspada Anda Kekurangan Vitamin

"Inti masalahnya adalah urusan keteladanan. Kalau anak terlalu banyak main gadget itu, bisa jadi karena orang tuanya mungkin juga tidak tahu tentang aturan main, dan orang tuanya juga tidak mengerti kapan mereka harus berhenti bermain? kapan mereka harus belajar?" ungkapnya.

Elizabeth mengatakan orang tua bisa menerapkan setidaknya dua strategi untuk membuat anak berolahraga. Pertama, orang tua harus menjadi teladan bagi anak dengan menunjukkan terlebih dahulu berolahraga adalah satu hal yang wajib dan diperlukan oleh sang anak.

Kedua, menurutnya orang tua juga bisa menerapkan sistem rewards and consequence. Artinya, orang tua dan anak membuat komitmen dalam berolahraga. Jika sang anak mencapai prestasi atau melakukan olahraga sesuai dengan kesepakatan yang dibuat, diberi penghargaan yang telah disepakati sebelumnya. Begitu pula sebaliknya, jika kemudian kesepakatannya dilanggar, orang tua harus tegas memberi pelajaran tentang konsekuensi terhadap anak.

Elizabeth mengatakan mengajak anak berolahraga seperti sebuah team work yang harus bekerja dengan komitmen di antara orang tua dan anak. Dia menuturkan, jangan sampai bila anak sudah berkomitmen, kemudian orang tua yang mengendurkan komitmennya.

Bisa jadi sang anak sudah ingin pergi ke tempat olahraga atau pusat kebugaran anak, tetapi orang tua menolak karena malas atau ada pekerjaan yang harus dilakukan. "Hal seperti ini adalah teamwork sebenarnya. Kalau anak mau olahraga ya kita juga harus berkomitmen. So, butuh komitmen antara orang tua dan anak." Baca: 5 Jurus Jitu Agar Rumah Lebih Menyenangkan

Selanjutnya, Elizabeth menerangkan memilih jenis olahraga untuk anak juga tidak bisa sembarangan. Jenis olahraga yang dipilih haruslah sesuai dengan minat anak, kemudian orang tua harus jeli melihat di mana bakat anak sebenarnya.

"Dalam hal ini orang tua harus bekerja sama dengan anak, tidak bisa memaksakan satu jenis olahraga yang tidak disukai anak itu juga tidak baik karena malah akan membuat anak menjadi stres."

Menurutnya, mencoba berbagai jenis olahraga tidak ada salahnya, akan tetapi jika seorang anak terlalu sering berganti-ganti jenis olahraga malah akan berdampak buruk secara psikologis. Dengan berpindah-pindah seperti itu, anak justru jadi tidak disipilin.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus