Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Badung - Osteria adalah kesan pertama yang ditonjolkan ketika pengunjung mendarat di Kafe Da Maria, Jalan Petitenget, Kerobokan Kelod, Kuta, Denpasar. Desain interior bergaya kontemporer Italia menjadi kekuatan utama yang ditonjolkan kafe dengan menu utama pizza ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca juga: Menikmati Pizza Sate Sapi di Melati Biru
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tetapi tunggu, jangan terburu memesan pizza. Nikmati dulu ruangannya. Lihatlah, kursi dan meja berbahan besi kuno khas Eropa yang kian menambah kesan osteria tersebut. Ini berlanjut hingga ke penataan sendok-garpu-piring-pisau yang mengesankan konsep formal dinning ditata begitu rapi.
Restoran ini punya dua ruangan: bagian dalam dan luar. Bagian dalam berkonsep formal. Pengunjung akan makan pizza sambil ngobrol cukup serius di sana. Sedangkan di luar, orang bisa bercakap-cakap lebih santai. Beberapa kursi dan mejanya berbentuk seperti ayunan.
Tak cuma bangun interior, menunya pun bertajuk Italia. Si empunya restoran, Maurice Terzini dan Adrian Reed, yang kesohor sebagai juru kuliner bergaya western, mengangkat menu andalan pizza.
Berlainan dengan pizza Amerika, yang punya daging tebal, pizza di sini dimasak lebih tipis. Cara memanggangnya masih tradisional, menggunakan oven kuno. Tak cuma itu, resepnya khusus, yakni memakai bumbu tradisional. Bumbu ini kerap digunakan masyarakat yang tinggal di pesisir Mediterania.
Pizza difermentasi selama 24 jam. Cara ini terinspirasi gaya memasak Neapolitan yang memanfaatkan oven lava lokal.
Ada macam-macam pizza disediakan. Taburannya berbeda. Semisal, Antica Margherita berisi fior di latte, basil, dan parmesan. Ada pula Marinara berisi black olive, white anchovy, oregano, juga garlic.
Selanjutnya, Capricciosa berisi fior di latte, mushroom, artichoke, dan olive. Yang paling spesial ialah Gamberetto yang berisi prawn, zucchini, fior di latte. Harga tiap-tiap jenis pizza dibanderol Rp 90-150 ribu.
Ada pizza, ada pula pasta. Primi ber-topping tonnarelli al nero, clams, spicy sausage, dan parsley, adalah olehan pasta yang cukup diminati pengunjung. Pasta berbentuk spageti ini dimasak dengan gaya aglio olio. Kental dengan kekhasan Italia, spageti diolah menggunakan bumbu sederhana.
Bumbu itu hanya mengandalkan bawang putih dan minyak. Rasanya plain, ringan, dan pedas lantaran dibubuhi cabai kering. Cita rasa semacam ini cocok buat lidah orang Eropa. Primi dibanderol mulai Rp 100 hingga 160 ribu per porsi. Ukurannya tak terlalu besar. Hanya bisa disantap satu sampai dua orang.
Tak cukup dengan masakan ini, pramusaji mendaratkan sepiring la panarda. Orang Indonesia menyebutnya sate. Daging yang digunakan adalah daging domba muda yang masih empuk, segar, dan merah.
Domba itu dipanggang sampai masak. Namun tak menghilangkan tekstur dagingnya. Aroma amisnya hilang lantaran dibubuhi rosemary salt dan lemon segar. Sepiring la panarda berisi 10 tusuk daging bisa disantap dua hingga tiga orang.
Sembari memburu makanan bergaya Eropa, mata disegarkan dengan desain klasik arsitek Romawi—Lazarini Pickering—yang menyoroti keragaman makanan, anggur, musik, mode, dan seni yang padu.
Gemerencing bunyi gelas sparkling wine dengan bowl turut menjadi pelengkap yang membawa pengunjung serasa di daratan Eropa. Tawa renyah mayoritas tamu berkulit putih dan bermata biru membuat lupa kalau tempat itu bukan berada di pesisir Amalfi, Italia.
Alamat: Jalan Petitenget Nomor 170, Kerobokan Kelod, Kuta Utara, Denpasar, Bali
Jam buka: 12.00–02.00
Harga: Rp 40-160 ribu