Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Debu campur kanker

Ikabi fk unair dan rs dr. soetomo menyelenggarakan simposium kanker rahang atas. para dokter bingung menghadapinya. pengobatannya rumit, melibatkan beberapa disiplin ilmu kedokteran, misal ahli tht.

24 Maret 1990 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DEBU, yang semakin tebal mengitari kita, bisa menjadi pangkal kanker. Jenis kanker yang paling sering ditimbulkan karena debu ini adalah berbagai jenis kanker rahang atas. Celakanya, diagnosa dan terapi kanker ini tergolong sulit dan belum sepenuhnya dikenal para dokter kita. Karena itu, dua pekan lalu Ikabi (Ikatan Ahli Bedah Indonesia) Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK Unair) dan RS dr. Soetomo, Surabaya, mengambil prakarsa membicarakan diagnosa dan terapi itu. "Setahu saya, baru kali ini tumor ganas rahang atas diseminarkan," kata dr. Martatko, ketua panitia simposium, Kamis pekan lalu. Menurut ketua program studi ahli bedah FK Unair ini, sampai sekarang kanker-kanker rahang atas digolongkan secara garis besar ke kelompok kanker leher dan kepala. "Maka, terapinya pun belum khusus," kata Martatko, yang juga menjadi salah seorang pembicara simposium. Pembicara lain, dr. Sunaryadi Tejawinata, menambahkan bahwa para dokter sampai sekarang masih enggan melakukan terapi agresif. Menurut ahli telinga hidung tenggorokan (THT) ini karena pengobatannya rumit, melibatkan beberapa disiplin ilmu kedoteran, seperti ahli bedah, ahli THT, dan ahli mata. Karena terapi mengatasinya sangat terbatas, hampir semua kasus tumor ganas rahang atas berkembang ke stadium lanjut. Penderita dan keluarganya sering tak puas karena para dokter terkesan tidak melakukan terapi secara sungguh-sungguh. "Tapi kami sendiri juga gelisah dan kecewa karena tidak bisa berbuat banyak," kata Martatko. "Apalagi terapi yang tidak memadai ini sering menimbulkan dampak samping." Maka, pencarian standar diagnosa dan terapi kanker ganas rahang atas agaknya usaha yang harus segera dilakukan. Inilah tujuan simposium di Surabaya itu. Dalam era industrialisasi ini, risiko mendapat kanker rahang atas, teoretis, akan meningkat. Terutama terhadap para pekerja pabrik cat, penggergajian kayu, penyamakan kulit, dan pabrik tekstil. Bagaimana debu industri itu akhirnya menimbulkan kanker? Menurut Martatko, di selaput permukaan bagian dalam hidung dan rahang atas terdapat rambut-rambut halus yang bernama cili, dan berfungsi sebagai filter debu. Bila debu menumpuk terlampau banyak, sel-sel permukaan selaput ini akan mengalami iritasi terus-menerus. Sel-sel ini akhirnya berubah menjadi sel-sel kanker. Namun, kata Martatko, debu bukan satu-satunya penyebab kanker rahang atas yang berjenis-jenis itu. Kanker ini kadang-kadang juga ditemukan pada anak-anak yang jauh dari lingkungan berdebu. Penyebab kanker rahang atas yang menyerang anak-anak sampai kini belum diketahui. "Di literatur juga nggak ada," ujarnya. Dalam simposium itu, kemudian juga dibahas terapi mengatasi kanker rahang atas. Khususnya pengangkatan tumor dengan cara operasi. Tidak mudah mengangkat tumor ini, karena gumpalannya rata-rata besar, antara 6 dan 12 sentimeter. Apalagi pengangkatan carsinoma undifferentiated, salah satu jenis kanker rahang atas. Pasalnya, karena kanker ini mengakibatkan tulang-tulang rahang atas mengalami destruksi atau keropos. Operasi pengangkatan itu juga mengancam otak, mata. dan gigi. Kalau operasi sampai kena organ mata, otak, dan langit-langit, risikonya besar sekali. "Karena risiko ini, banyak dokter yang mundur," kata Martatko. Operasi ini juga sering mempengaruhi kedudukan gigi, dan rekonstruksinya akan sulit sekali. Simposium tersebut juga membahas kemungkinan menyusun standar diagnosa dini. Gejala kanker ini sering menyamar sebagai radang kronis di sekitar rahang dan hidung. Keluhannya seperti sinusitis saja, yaitu infeksi di pangkal hidung yang menimbulkan sakit kepala. Kadang-kadang gejalanya muncul sebagai pilek yang tidak sembuh-sembuh, dan kepala terasa berat. Bila gejala-gejala ini menonjol, para dokter diharapkan mulai melihat kemungkinan kanker rahang atas. Terdapat beberapa patokan untuk melakukan diagnosa. "Kadang-kadang ingus yang keluar disertai darah," kata Sunaryadi Tejawinata. Hidung tersumbat dan lendir yang keluar berbau. Pipi kemudian membengkak dan kepala terasa ditekan. Bila tanda-tanda ini muncul, hampir pasti salah satu kanker rahang atas sedang berkembang. Jis dan Wahyu Muryadi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus