Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Demi Perut 6 Kotak

Tren perut sixpack semakin marak. Cerdas dan berhasil dalam hidup saja tidak cukup sebagai idaman.

14 Februari 2011 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Banyak orang, terutama penggemar Slank, menengarai betul perubahan vokalis band tersebut, Kaka, 37 tahun. Pria gondrong bernama lengkap Akhadi Wira Satriaji yang gemar tampil bertelanjang dada itu tak lagi ceking nan layu seperti pada 1990 an. Badannya atletis. Dan yang paling menarik adalah bidang perutnya: berkotak enam. Dalam istilah kerennya disebut sixpack atau washboard abs.

Menurut si pemilik perut ”papan pencucian” itu, bentuk rata dengan otot menonjol itu bukan tujuan utama. Itu buah dari pola hidup sehat yang dijalaninya setelah lepas dari jerat kecanduan obat terlarang. Kaka mengatur asupan gizi yang diperlukan tubuhnya, seperti menjalani program diet dengan mengurangi nasi dan menggantinya dengan kentang dan roti sebagai sumber karbohidrat. Pola makan itu satu paket dengan latihan kebugaran fisik. Awalnya didampingi pelatih pribadi, selanjutnya dia lakukan sendiri.

Apa pun alasannya, perut ”enam kotak” atau ”papan pencucian” makin menjadi idaman kaum Adam. Bila kita berkelana di ranah maya, betapa ke­inginan memiliki sixpack abs menjadi resolusi awal tahun favorit, menggantikan ”berhenti merokok”, ”siap berkomitmen”, ”sukses mencapai sesuatu”, atau ”menjadi kaya”. Biasanya disebut, ”akan mendapat sixpack abs sebelum musim panas 2011”—itu artinya sebelum sekitar Mei bagi negara empat musim di belahan bumi utara.

Tren pengejar perut enam kotak itu juga terjadi di sini. Tedy Muslich, 23 tahun, salah satunya. Demi mencapai postur idamannya, ia menjalani latihan intensif selama tiga bulan, berlanjut pada program pengelolaan tubuh, sejak pertengahan tahun lalu. Hasilnya memuaskan. Perawakannya yang kurus kerempeng disulap menjadi tegap berisi, dengan perut enam kotak. ”Lebih enak dilihat,” kata penyiar radio di Yogyakarta itu. Badan pun terasa lebih segar.

Tedy adalah finalis L Men TransforMen 2010, salah satu kategori program kompetisi tahunan membentuk tubuh ideal atletis yang diselenggarakan merek nutrisi kebugaran yang gencar mengkampanyekan perut enam kotak. Tedy masuk program Gain Mass, hingga berat badannya terdongkrak sekitar tujuh kilogram. Nah, setelah badan terbentuk, kepercayaan dirinya melonjak, mendukung pekerjaannya yang kadang harus tampil di muka umum, semisal saat menjadi pembawa acara.

Badan atletis dengan perut enam kotak sebagai simbol memang sudah menjadi tren, tidak lagi monopoli atlet khusus. Bentuk badan ini menjadi salah satu standar ke macho an. Tidak harus sangat berotot seperti atlet binaraga, tapi liat, berisi, tidak berlemak, dan ada lekuknya. Gambaran utuh umumnya: dada bidang, perut rata kotak kotak, lengan berotot. ”Yah, menjurus seperti binaragawan,” kata Syafrizaldi, atlet binaraga nasional.

Syafrizaldi mencatat, tren perut enam kotak semakin merebak seiring dengan menjamurnya pusat kebugaran di perkotaan. ”Di mal mewah sampai sudut gang,” kata peraih medali emas Asian Beach Games 2010 di Oman itu. Memang, di Jakarta saja, misalnya, tinggal pilih, mau berolah tubuh di pusat kebugaran ternama di mal Grand Indonesia atau di jalan sempit samping Pasar Kedip, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.

Melihat minat pengolahan badan yang meluas itu, Syafrizaldi pun menampung khalayak umum dalam kejuaraan binaraga yang dirintisnya. Rencananya, kejuaraan bertitel Best of the Best Bodybuilding Championship 2011 itu akan digelar pada akhir bulan ini di Jakarta. Masyarakat umum yang bukan atlet bisa bersaing di kategori body fitness pemula. ”Untuk kategori ini, sudah ada 200 orang pendaftar,” katanya.

Syafrizaldi memang mendorong kalangan umum membentuk badan sebagai kelanjutan dari upaya hidup sehat. ”Biar tidak tanggung, sudah sehat sekalian bagusin badan,” katanya. Untuk menggapainya bisa dilakukan sendiri: menjaga makan dan latihan fisik teratur. ”Kalau tidak dijaga, yang ada onepack atau sixmonth,” katanya, menyitir istilah ledekan atas perut yang membuncit.

Tips menggapai tubuh ideal ala Syafrizaldi itu terdengar ringan di telinga, tapi butuh upaya keras dalam prakteknya. Sebagai contoh, mari kita lihat perjuangan Tedy Muslich selama berbulan bulan. Sejak menempa tubuh itu, pola hidupnya berubah ekstrem, dari asupan makanan minuman, istirahat, sampai latihan fisik.

Selama tiga bulan program intensif, setiap hari dia berlatih fisik di pusat kebugaran rata rata tiga jam. ”Beda beda jenisnya, kadang melatih perut, baru besoknya lengan dan kaki, berganti ganti,” tuturnya. Untuk itu, dia didampingi pelatih fisik pribadi.

Semua itu diimbangi dengan asupan nutrisi yang teratur dan terukur. Tidak ada lagi acara makan asal asalan atau terlambat makan. Pagi hari pukul 07.00 dia sarapan oatmeal dan susu. Tiga jam kemudian waktunya camilan, tapi tidak sembarangan. ”Buah buahan,” katanya. Setelah lewat tengah hari baru boleh makan berat. ”Biasanya nasi merah, sayuran, dan daging,” ujarnya. Bila makan daging ayam, kulitnya wajib dibuang. Goreng gorengan, ke laut saja. Sorenya sedikit camilan, kemudian makan malam dengan menu tinggi protein dan ditutup nutrisi khusus sebelum tidur pukul 22.00.

Awalnya Tedy merasa berat menjalaninya. Maklum, aktivitasnya benar benar harus teratur. Tapi semuanya dibayar dengan bentuk tubuh ideal yang tercipta dalam hitungan bulan. Selanjutnya, dia tinggal melanjutkannya dengan takaran asupan atau latihan lebih ringan sekadar menjaga bentuk badan.

Banyak orang seperti Tedy yang rela menjalani upaya keras meraih tubuh impian. Mereka rela setiap hari nge gym—istilah populer berlatih di pusat kebugaran—menjaga asupan makan dan minum, serta mengoptimalkan waktu rehat sekaligus mengelola stres. Hasilnya, bermunculan komunitas pria berperut enam kotak yang lahir dari tempat latihan mereka.

Salah satunya yang paling tampak adalah komunitas bentukan L Men. Anggotanya adalah peserta kompetisi dari beberapa daerah yang menjadi lokasi penjaring­an peserta setiap tahun. Kegiatannya cukup beragam, tidak hanya seputar program pembentukan badan. L Men Community Batam, misalnya, akhir bulan lalu melakukan kegiatan sosial membersihkan lingkungan salah satu puskesmas setempat.

Anggota komunitas pria berperut sixpack selalu bertambah seiring dengan banyaknya orang yang ingin menonjolkan aspek tubuh sebagai salah satu upaya aktualisasi. Tren ini terlihat dari bertahannya kompetisi tahunan L Men yang digulirkan sejak 2004. Tahun ini, penyelenggara sudah menyiapkan lokasi audisi di 16 kota besar untuk menampung banyaknya peminat.

Makin banyaknya pria yang memburu perut sixpack itu dinilai sebagai dinamika pergeseran konsep kelaki lakian atau maskulinitas. ”Bentuk maskulinitas baru,” kata Ferdiansyah Thajib, peneliti di Kunci Cultural Studies. Sesuai dengan dinamika itu, kini ada upaya mengembalikan sisi maskulin ke tubuh. ”Saya maskulin, maka saya macho.”

Ferdiansyah menjelaskan, dalam sejarahnya sisi maskulin itu memang identik dengan otot atau tubuh. Ini terlihat dari patung patung Yunani yang menonjolkan otot, misalnya. Dalam perkembangannya, konsep itu mulai bergeser atau mendapat variasi. ”Ada masanya maskulin diukur dari nilai, materi, atau prestasi,” tuturnya. Orang cukup bermodal keberanian, keteguhan sikap, atau nilai nilai positif lain untuk dianggap maskulin. Bisa juga orang menggantinya dengan prestasi atau kepemilikan materi.

Rupanya, nilai nilai atau materi dirasa masih kurang. Selanjutnya ada perkembangan lagi, yakni memasukkan aspek keterawatan dan kebersihan pada laki laki, seperti dikenal dengan konsep metroseksual. ”Kini kembali lagi ke tubuh sebagai aspek utamanya,” kata Ferdiansyah. Dan para pria pun memburu enam kotak di perutnya.

Harun Mahbub

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus