Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
40 Tahun ke Atas
Kematian Adjie Massaid, 43 tahun, begitu tak terduga. Maklum, dia masih muda, bugar pula. Tak mengherankan jika Angelina Sondakh pada akun Twitter-nya, SondakhAngelina, Selasa pagi pekan lalu atau empat hari setelah kematian suaminya, menulis, ”Darl... I can’t live without you. I have no strength.”
”Dia kena serangan jantung akut,” kata Edi Sunarjuniarto, dokter spesialis jantung Rumah Sakit Fatmawati, Jakarta Selatan, yang memberikan pertolongan pertama kepada Adjie. Sepak bola, yang merupakan aktivitas anggota Dewan Perwakilan Rakyat dari Partai Demokrat itu beberapa jam sebelum dibawa ke rumah sakit, menurut Edi, bukanlah penyebab utama kematian, tapi faktor pencetus.
Penyakit jantung memang disebut the silent killer number one karena membunuh orang dengan diam-diam. Menurut dokter spesialis jantung dan pembuluh darah Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung, Achmad Fauzi Yahya, serangan jantung menimpa sebagian besar orang usia 45-75 tahun. ”Laki-laki berisiko dua sampai tiga kali lebih tinggi dibanding perempuan,” kata penulis buku Menaklukkan Pembunuh No. 1 ini.
Olahraga atau gerak fisik, menurut Fauzi, dapat memperbaiki tekanan darah, kadar gula darah, dan kolesterol. ”Asal dilakukan teratur dan terukur, bisa memperbaiki fungsi endotel, sel pelapis dinding dalam pembuluh darah,” ujarnya.
Olahraga teratur dan cara hidup sehat, seperti diet rendah lemak, tidak merokok, dan mengendalikan tekanan darah, berpotensi mengikis penebalan dan pengerasan dinding dalam pembuluh darah atau aterosklerosis—penyebab penyakit jantung koroner.
Nah, untuk usia di atas 40 tahun, olahraga yang disarankan bersifat aerobik, seperti jalan kaki, berlari, bersepeda, atau berenang. Olahraga tersebut bermanfaat memperbaiki aliran darah koroner, menghambat proses peradangan dalam pembuluh darah, dan menjaga sel-sel darah agar tak gampang menggum-pal. ”Bukan olahraga kompetitif seperti sepak bola,” katanya.
Stres berlebihan, seperti tegang, cemas, dan mudah tersinggung, juga membahayakan kesehatan jantung. Penelitian Johns Hopkins membuktikan orang pemarah berisiko tiga kali lipat menderita penyakit jantung sebelum usia 55 tahun.
Sebab, pada saat marah, hipotalamus—bagian otak seukuran kacang almon yang terletak tepat di atas batang otak—memerintahkan kelenjar anak ginjal membanjiri darah dengan hormon katekolamin dan kortisol. Hormon-hormon stres itulah yang membuat jantung berdegup lebih kencang, tekanan darah melonjak, otot menegang, napas memburu, dan asam lambung meningkat. ”Stres bisa melukai jantung,” kata Fauzi.
Dokter ahli jiwa dari Indonesia Mental Health Network Jejak Jiwa, Pandu Setiawan, membenarkan stres menyumbang hampir seluruh gangguan kesehatan. ”Karena ada gangguan pada susunan saraf pusat,” ujarnya. Karena itu, bagi yang sedang stres karena pekerjaan ataupun gangguan lingkungan atau keluarga, ia menyarankan agar berolahraga yang sifatnya rekreasi. ”Main biliar, bridge, atau jalan-jalan cari angin bisa menurunkan arus sirkulasi darah dan mengurangi stres,” katanya. Bertambahnya usia, risiko juga makin besar. ”Banyaklah bermain-main dan bersosialisasi,” ujarnya.
Ahmad Taufik
FITT untuk 40 Tahun ke Atas
Frekuensi olahraga yang dianjurkan 3-5 kali seminggu. Terlalu sering malah meningkatkan kecenderungan cedera.
Intensitas latihan fisik sedang. Saat berlatih, denyut jantung dalam zona 60-90 persen denyut nadi maksimal. Hitungannya 220 dikurangi umur. Jika berusia 50 tahun, denyut nadi maksimal 170 kali per menit. Saat latihan, denyut nadi dalam rentang 102-153 kali per menit.
Tempo berolahraga cukup 20 menit, tak perlu lebih dari sejam. Mulailah dari 10-15 menit, lalu tingkatkan secara bertahap.
Tipe aktivitas fisik, kombinasi aerobik dan kalistenik untuk melenturkan otot, seperti memutar lengan, membungkuk, sit-up dan push-up. Idealnya olahraga dimulai dengan pemanasan 3-5 menit, lalu diakhiri dengan pendinginan 3-5 menit.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo