Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Dilarang di Zaman Biden, Donald Trump Dukung Penggunaan Sedotan Plastik

Joe Biden minta sedotan plastik diganti dengan sedotan kertas karena lebih ramah lingkungan namun Donald Trump memerintahkan sebaliknya.

11 Maret 2025 | 16.30 WIB

Ilustrasi sedotan. shutterstock.com
Perbesar
Ilustrasi sedotan. shutterstock.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Pada 10 Februari 2025, Presiden Amerika Serikat Donald Trump meminta dihentikannya penggunaan sedotan kertas. Keputusan Trump bertolak belakang dengan pendahulunya, Joe Biden, yang menginginkan sedotan plastik tak digunakan lagi dan menggantinya dengan sedotan kertas karena lebih ramah lingkungan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Sedotan plastik sering diganti dengan yang kertas, yang tidak fungsional, menggunakan bahan kimia yang bisa membahayakan kesehatan, produksinya lebih mahal dari sedotan plastik, dan sering memaksa pengguna untuk memakai banyak sedotan," begitu isi perintah tersebut.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Benarkah demikian? Biaya produksi sedotan kertas memang lebih malah dari plastik dan terkadang juga mengandung PFAS (polifluoroalkil). Akan tetapi, sedotan plastik dibuat dengan bensin dan ketika plastik terpecah menjadi mikroplastik maka zat itu bisa masuk ke otak, ungkap penelitian.

"Plastik bukan bagian dari diet kita karena alasan tertentu. Tak pakai sedotan adalah solusi yang lebih baik karena yang kita inginkan adalah mengurangi sampah. Rata-rata, plastik baru terurai selama 200 tahun," kata Ben Leffel, pengajar kebijakan publik dan pakat keberlangsungan di Universitas Nevada, Las Vegas, kepada HuffPost edisi 4 Maret 2025.

Beri Insentif untuk Pengusaha

Lauren Gropper, salah satu pendiri perusahaan Repurpose menawarkan alternatif pengganti plastik, 15 tahun lalu. "Trump memaksakan plastik karena ingin mendorong agenda petrokimia. Itulah yang ia inginkan," ujarnya saat itu.

Di luar isu politik, plastik memang tak baik buat kesehatan manusia dan lingkungan. "Ini bukan soal kertas versus plastik. Ini soal kemajuan dengan material yang lebih baik," tambah Gropper. 

Meski ada permintaan dari pusat untuk tak menghapus sedotan plastik, banyak negara bagian dan kota besar yang sudah tidak lagi menggunakan plastik, termasuk untuk makanan pesanan yang dibawa pulang. Pemerintah negara bagian atau kota, bukan pemerintah pusat, bisa membuat kebijakan sendiri.

Sarah Paiji Yoo, salah satu pendiri dan CEO Blueland, menyarankan pemerintah harus turun tangan dan menawarkan insentif ke pengusaha untuk mengurangi plastik sehingga mereka bersedia mengambil keputusan yang lebih baik dan optimal bagi kesehatan manusia dan planet Bumi. 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus