Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) akan mengusulkan kepada Kementerian Kesehatan untuk memasukkan ketamin dalam golongan psikotropika guna mengatasi peningkatan penyalahgunaannya. Kepala BPOM Taruna Ikrar mengatakan tren penyaluran ketamin ke apotek mengalami peningkatan dalam tiga tahun terakhir.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Meski penggunaannya harus dengan resep dokter, kata dia, nyatanya ketamin banyak digunakan secara rekreasional, seperti memasang tato atau bersenang-senang di diskotik. "Sebagian penggunanya ini pada umumnya adalah anak-anak muda generasi Z," ujar Taruna, Jumat, 6 Desember 2024, seperti dilansir Antara.
Selain mengusulkan memasukkan ketamin dalam golongan psikotropika, Ikrar mengatakan pihaknya juga akan merevisi Peraturan BPOM Nomor 10 Tahun 2019 tentang Pedoman Pengelolaan Obat-obat Tertentu yang Sering Disalahgunakan dengan memasukkan ketamin ke dalam peraturan tersebut.
Ketamin adalah salah satu obat anestesi yang biasanya diberikan pada pasien yang akan menjalani prosedur medis. Jika digunakan secara sembarangan, obat keras ini bisa memberikan efek seperti sedasi, euphoria, relaksasi, amnesia layaknya narkotika. Selain itu, bisa memberikan dampak pada mental dan fisik, seperti halusinasi, psikosis, kerusakan sistem syaraf dan hati, bahkan bisa memicu keinginan untuk bunuh diri.
Dilansir dari laman resmi Kementerian Kesehatan, obat keras ini memiliki efek berbahaya di sepanjang sistem saraf. Cara kerja ketamin adalah dengan menginhibisi kanal N-metil-D-aspartat (NMDA) dan kanal neuronal hyperpolarization activated cationic (HCN1). Wujud fisik dari obat ini adalah larutan yang tidak berwarna, bersifat agak asam serta sensitif terhadap cahaya dan udara.
Ketamin banyak disalahgunakan sebagai obat yang bisa memberikan efek rekreasional dari efek samping euphoria yang dimilikinya. Bukan hanya itu, selain memberikan efek samping di tubuh, ketamin memiliki efek samping terhadap psikologis penggunanya, yakni berupa halusinasi, gangguan kognitif, dan memori, serta kecemasan hingga depresi.
Risiko lainnya dari pemakaian ketamin tanpa resep dokter dan dosis yang tepat adalah meningkatkan kerusakan pada sistem saluran kemih, masalah pernapasan, kerusakan ginjal, dan hati. Dampak buruk pada sistem saraf antara lain disfungsi kognitif, risiko kejang, dan kecanduan psikologis. Sedangkan dampak buruk bagi kesehatan mental dalam jangka panjang antara lain psikosis, skizofrenia, dan risiko bunuh diri.
Pilihan Editor: Mitos soal Ketamin, Penyebab Kematian Matthew Perry
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini