Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kabar duka datang dari mantan Panglima TNI Jenderal (purnawirawan) Djoko Santoso. Ia meninggal dunia pada Ahad, 10 Mei 2020, setelah mendapatkan perawatan di RSPAD Gatot Subroto akibat pendarahan otak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Melansir dari situs Health Line, pendarahan otak adalah suatu kondisi yang ditandai dengan kebocoran pada pembuluh darah arteri di otak. Jika dibiarkan, ini bisa membunuh sel-sel pada otak yang akhirnya menyebabkan peradangan hingga merenggut nyawa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berbagai tindakan pun bisa dilakukan untuk mencegah pendarahan otak. Sebagai bentuk edukasi, berikut adalah beberapa cara yang bisa dilakukan seperti dilansir dari situs Mayo Clinic dan Medical News Today.
Menghindari benturan
Mereka yang berusia 50 tahun ke atas memiliki risiko tinggi untuk mengalami pendarahan otak. Kemungkinan besar disebabkan oleh kecelakaan yang membentur bagian kepala.
Untuk itu, sebagai bentuk pencegahan, berhati-hati dalam menjalankan segala aktivitas sehingga kepala tidak mengalami benturan pun penting untuk dilakukan. Misalnya, menggunakan helm saat mengendarai motor dan menghindari jalan yang licin agar tidak terpeleset.
Menjaga tekanan darah
Orang-orang dengan riwayat darah tinggi atau hipertensi juga berisiko tinggi untuk terjangkit pendarahan otak sebab penyakit kronis tersebut dapat melemahkan pembuluh darah, termasuk pada otak. Ketika tekanan darah tak terkontrol, maka akan berpotensi menyebabkan pendarahan.
Dalam mencegahnya, tentu kita diimbau untuk menghindari segala pemicu hipertensi. Ini termasuk tidak mengonsumsi makanan yang asin terlalu berlebihan, mengurangi stres, membatasi konsumsi alkohol, rutin berolahraga, dan menjaga berat badan tetap seimbang.
Membatasi konsumsi obat pengencer darah
Tahukah Anda bahwa obat pengencer darah dapat meningkatkan risiko perdarahan otak? Tipe obat seperti antiplatelet dan antikoagulan memang baik untuk orang-orang dengan risiko penggumpalan darah yang umumnya terjadi pada jantung.
Sayangnya, meski aman bagi jantung, itu juga bisa meningkatkan risiko bagi organ lain seperti otak. Otak bisa mengalami penggumpalan sehingga berpotensi menyebabkan pendarahan otak. Untuk itu, penting berkonsultasi pada dokter agar takaran diberi tidak berlebihan.
Ada obat pengencer darah untuk jantung yang alami, seperti kunyit, jahe dan kayu manis. Ini bisa dijadikan alternatif karena tidak berdampak buruk bagi organ tubuh lain, termasuk otak.