Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Diabetes salah satu penyakit yang sering dibahas. Maklum saja, diabetes masih menjadi momok bagi keluarga Indonesia. Data Kementerian Kesehatan yang diperoleh dari Sample Registration Survey 2014 menetapkan diabetes sebagai pembunuh nomor tiga di Indonesia dengan persentase 6,7 persen. Ia hanya kalah pamor dari stroke (21,1 persen) dan jantung koroner (12,9 persen). Saat dokter memvonis Anda kena diabetes, apa yang harus dilakukan? Baca: Busana Warna Apa yang Cocok untuk Kencan Pertama? Intip Risetnya
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Persatuan Endokrinologi Indonesia, Em Yunir, menyarankan hal pertama yang harus dilakukan pasien yakni mengonfirmasi ulang dan meyakinkan bahwa diagnosis itu benar adanya. Caranya, dengan menjalani pemeriksaan gula darah saat puasa dan dua jam setelah makan. "Kalau kadar gula darah saat puasa mencapai 126 dan kadar gula darah dua jam setelah makan 200 lebih, itu diabetes," kata Em Yunir di Jakarta, belum lama ini. Baca:
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tingginya kadar gula darah itu bisa ditekan dengan aktivitas fisik secara rutin, pengaturan pola makan, dan minum obat. Yang tak kalah, menurut Em Yunir, memonitor laju kadar gula secara berkala. Yang sering terjadi, obat rajin diminum namun pasien malas menjalani pemeriksaan rutin. Bahkan saat obat sudah habis, pasien berinisiatif beli obat sendiri tanpa sepengetahuan dokter. Baca: 7 Alasan Bibir Kering Saat Puasa
"Padahal, sangat mungkin fungsi obat yang sama menurun seiring waktu. Penyebabnya, fisiologis normal pankreas dan insulin mengubah kemampuan obat dalam menurunkan kadar gula darah. Itu sebabnya, sangat penting pemeriksaan rutin untuk menjajaki perlukah obat yang selama ini dikonsumsi dikombinasikan dengan obat lain atau ditambah dosisnya agar fungsinya kian maksimal," kata Em Yunir.
TABLOID BINTANG