Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Masih ingat tren kopi dalgona yang ramai beberapa bulan lalu Apakah Anda sempat mencoba membuatnya Sekarang, lupakan saja kopi dalgona. Ketimbang capek-capek mencoba tapi gagal, atau mencoba tapi ternyata rasanya tidak cocok di lidah, mungkin tren minuman yang satu ini layak dicoba: kopi susu literan. Ya, belakangan, sejak masa pembatasan sosial berlaku, banyak kafe dan kedai kopi di Ibu Kota menjual produk kopi susu dalam botol 1 liter. Seperti dalgona, tren kopi ini juga merajai lini masa media sosial.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tapi kopi literan bukan sekadar tren. Produk ini punya peran sangat penting di tengah kondisi suram seperti sekarang. Bagi pengusaha kedai, kopi literan bisa menjadi jawaban atas turunnya pemasukan gara-gara usaha mereka harus tutup sementara. Sedangkan bagi konsumen, terutama para pencandu kafein, kopi literan merupakan solusi untuk menjaga "doping" anti-ngantuk selama bekerja dari rumah. Cukup pesan lewat marketplace, kebutuhan kopi untuk 2-3 hari tercukupi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Salah satu jaringan kedai kopi yang mencoba peruntungan dengan memasarkan produk kopi literan adalah #Ngopidirumah yang berpusat di Klender, Jakarta Timur. Pemilik #Ngopidirumah, Eko Punto, mengatakan produk ini mulai ia jual pada awal Ramadan lalu setelah melihat tren kopi literan yang dijual kedai dan kafe lain. Ternyata, memproduksi kopi literan adalah pilihan tepat. "Karena hasilnya bisa menutupi pemasukan sehari-hari yang sempat berhenti gara-gara pembatasan sosial pandemi corona," ujar dia kepada Tempo.
Dua pekan lalu, saya pun memesan kopi susu literan dari kedai #Ngopidirumah. Es Susu Kopi Bunda Spesial 24% Espresso, namanya. Saya memesan melalui wahana jual-beli digital Tokopedia. Setelah mentransfer uang plus ongkos kirim, keesokan harinya, pesanan saya diantar oleh kurir ojek online. Tak lengkap rasanya mengulas kopi literan jika tak melakukan komparasi. Saya lalu memesan tiga produk serupa dari kedai kopi lain: Cappuccino literan dari Anomali Coffee, Es Kopi Susu Tukucur dari kedai Kopi Tuku, dan Premium Shake Latte dari MaknaCoffee. Semuanya saya beli dengan cara sama. Tanpa ke luar rumah. Tak sampai 24 jam, kopi-kopi itu tiba di rumah.
Meski sama-sama berbentuk kopi susu dalam kemasan botol 1 liter, setiap produk dari masing-masing kedai yang saya pesan punya gimmick berbeda-beda. Kopi pertama yang tiba adalah Es Susu Kopi Bunda Spesial 24% Espresso #Ngopidirumah. Kemasannya berupa botol plastik yang dibungkus plastik bersegel untuk menjaga keamanan selama pengiriman oleh kurir. Kopi disimpan di dalam tas kain tipis yang bisa digunakan ulang oleh pemesan. Di dalam kemasan, ada selembar kartu yang berisi pesan bahwa botol plastik kopi susu bisa dipakai berulang kali sebagai botol minum.
Kopi susu kedua yang tiba adalah Cappuccino dari Anomali. Jaringan kafe kopi Nusantara yang didirikan Irvan Helmi dan Muhammad Abgari ini mengirim produknya ke konsumen dalam kemasan plastik bergelembung, lalu disimpan dalam kantong plastik yang bagian ikatannya disegel cable ties. Cara ini, selain menjamin keamanan kemasan kopi selama pengiriman, memberikan rasa aman kepada konsumen karena kopi pesanannya tidak disentuh orang lain, kecuali barista, sejak dipesan. Hal yang penting pada masa pandemi seperti sekarang.
Lalu kopi ketiga adalah Tukucur dari Tuku. Kemasannya standar, hanya plastik bergelembung dan tote bag kecil. Namun kedai yang mempopulerkan konsep coffee-to-go di Jakarta ini menyertakan sejumlah gimmick yang melengkapi pengalaman ngopi. Di antaranya: kartu instruksi dan saran penyajian kopi, kartu ucapan terima kasih dan pesan untuk menjaga kesehatan, gula aren dalam kemasan terpisah, dan yang lucu: es batu dalam plastik yang tentu saja saya terima dalam kondisi sudah mencair karena jarak pengiriman yang jauh.
Kopi terakhir yang sampai adalah Premium Shake Latte buatan MaknaCoffee. Ini kopi susu literan termahal yang saya beli. Harganya Rp 125 ribu. Adapun kopi susu lain dijual dalam rentang harga Rp 65-80 ribu. Harganya lebih mahal karena Makna mengemas kopi susunya dalam botol kaca berpenutup plastik buatan Ikea yang harganya di atas Rp 20 ribu. Sayang, meski kemasannya eksklusif, MaknaCoffee hanya membungkus pesanan dalam kantong dan pembungkus plastik, tanpa dilengkapi pengaman lain.
Lalu bagaimana dengan rasa? Bagi lidah awam, rasa kopi susu sebetulnya 11-12 alias tak berbeda jauh. Paling yang membedakan adalah kekuatan rasa kopi, sensasi creamy susu, dan kadar manis gula. Dari semua kopi yang saya pesan itu, produk buatan #Ngopidirumah adalah kopi susu yang rasa kopinya (body) paling kuat. Tapi rasa kopi yang tebal itu diimbangi oleh manisnya gula aren, yang menurut lidah saya justru terlalu kuat. Rasa kopi susu yang manis juga saya temukan di kopi buatan Anomali dan MaknaCoffee.
Tukucur dari Tuku bisa dibilang produk kopi yang rasanya paling seimbang. Terlebih, mereka memisahkan gula dari kopi, sehingga konsumen bisa menyesuaikan sendiri cita rasanya. Produk Tuku, menurut saya, juga punya sensasi rasa krim dan gurih dari susu dengan kopi yang seimbang. Jika produk kopi susu lain masih dirasa perlu ditambahkan es batu untuk mengurangi kekentalan rasanya, buatan Tuku ini yang rasanya paling mudah diterima.
Di luar empat kopi yang saya pesan itu, masih ada puluhan bahkan mungkin ratusan kedai yang memproduksi produk serupa. Hal ini jelas membuat para penggemar kopi bisa leluasa memilih asupan kafeinnya dari kedai-kedai kesayangan mereka langsung dari rumah. Sebuah solusi yang cerdas. Tapi, perlu diingat, karena menggunakan susu, produk ini juga bisa cepat basi jika tak dihabiskan dalam waktu singkat. Jadi, sebelum memesan kopi susu literan, pastikan dulu Anda sanggup meminumnya dalam waktu 1-2 hari. PRAGA UTAMA
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo