Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Hampers dari Masa Kerajaan Hingga Era Kolonial, dari Rengginang ke Kastengel

Tradisi mengirim hampers atau parsel sudah ada sejak zaman kerajaan Nusantara baik sesama tetangga atau sebagai bentuk upeti ke raja.

16 Mei 2021 | 10.49 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi hampers. Pixabay/Credestence navidad Store

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Selain membuat kue lebaran dan ketupat, di Indonesia juga memiliki tradisi mengirim parsel atau hampers kepada kerabat, handai tolan, atau tetangga terdekat. Selain sebagai wujud rasa belas kasih, tradisi ini memiliki sejarah yang cukup panjang di Indonesia.

Fadly Rahman, Sejarawan kuliner Universitas Padjadjaran, mengatakan, jika ditelisik melalui sisi historis, tradisi mengirimkan hantaran ini dipengaruhi oleh dua masa kebudayaan, yaitu prakolonial serta kebudayaan kolonial.

Saat masa prakolonial, tradisi ini banyak dilakukan masyarakat pada momen khusus dan hari-hari peringatan besar seperti, hari raya panen hingga hari raya keagamaan. Hantaran biasanya diberikan kepada tetangga sebagai bentuk ekspresi rasa syukur atas limpahan hasil pangan.

Selain dikirimkan kepada tetangga, hantaran juga diberikan kepada pihak kerajaan. Pada perhelatan hari raya, rakyat banyak mengirimkan upeti kepada kerajaan berupa makanan dan bahan pangan sebagai bentuk syukur kepada penguasa.

Fadly mengatakan, adapun makanan yang banyak dikirimkan kepada kolega ataupun raja ketika masa prakolonial berupa kudapan tradisional seperti, rengginang, dodol, dan wajit, yang beken di kalangan masyarakat lokal.

“Dulu kue-kue yang dibuat keluarga Eropa dijadikan hantaran antar kaum priyayi. Masyarakat Muslim kalangan priyayi pada masa lalu itu menerima hantaran dari orang Eropa,” paparnya.

Aneka kue kolonial hingga saat ini tetap eksis dikalangan masyarakat hingga saat ini berkat resep yang diwariskan secara turun temurun. Adapun kue yang diwariskan oleh kolonial hingga saat ini adalah kue nastar, kastengel, hingga putri salju.

Selain itu, hantaran ini juga memiliki latarbelakang dari agama-agama yang hadir di Indonesia. Hal ini dikarenakan keidentikan makanan dengan hari raya. “Baik Islam, Hindu, dan agama lokal memiliki tradisi yang menempatkan makana sebagai suatu makna simbolis dan sakral,” ujarnya.

Kesakralan ini dikarenakan makanan yang disajikan sebagai bentuk representasi simbolis terhadap geografis masa lalu. ketika itu, masyarakat Nusantara dikenal sebagai masyarakat agraris, sehingga makanan yang dibuat pun diambil dari bahan pangan yang ada.

Menyikapi fenomena berkirim hampers ketika lebaran, Fadly menyimpulkan, Lebaran maupun momen hari raya keagamaan di Indonesia juga berperan penting dalam menjaga pusaka kuliner warisan masa lalu. “Momen ini yang bisa membuat kuliner masa lalu bisa tetap bertahan dan disukai masyarakat kita.”

GERIN RIO PRANATA

Baca juga: Ada Larangan Mudik, Pengiriman Hampers via Paxel Tumbuh 30 Persen

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus