Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Inovasi dari Individu dan Komunitas Penting untuk Kurangi kasus Infeksi Demam Berdarah Dengue

Pentingnya aksi dan inovasi masyarakat demi kurangi kasus demam berdarah dengue hingga mencapai target nol kematian akibat dengue di tahun 2030

11 Juli 2024 | 23.20 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Tim Dengue Slayers Challenge/PJI

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Tim Kerja Arbovirosis Kementerian Kesehatan Agus Handito menilai perlu aksi dan inovasi berbagai pihak untuk atasi masalah demam berdarah dengue. "Pentingnya aksi individu dan kolektif dari komunitas sangat dibutuhkan untuk mengurangi kasus infeksi demam berdarah dengue hingga mencapai target nol kematian akibat dengue di tahun 2030," katanya dalam keterangan pers yang diterima Tempo pada 10 Juli 2023. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Prestasi Junior Indonesia (PJI) dan Asia Dengue Voice and Action Group (ADVA), dengan dukungan PT Takeda Innovative Medicines (Takeda) dan Kementerian Kesehatan, mengimplementasikan sebuah terobosan baru dalam edukasi penanganan demam berdarah dengue (DBD) bagi generasi muda. Sejak Februari 2024, program ini telah berhasil meningkatkan pemahaman 123 siswa SMA/SMK dari 17 kota/kabupaten di Indonesia mengenai demam berdarah dengue. Program ini juga ikut memberdayakan mereka untuk mengembangkan 41 solusi inovatif pencegahan dan pengendalian demam berdarah dengue di komunitas mereka. Hasilnya, para siswa sukses menggagas beragam ide brilian, seperti aplikasi seluler yang dapat memberi notifikasi area penularan DBD, program edukasi berbasis proyek yang berkolaborasi dengan pemerintah, serta buku interaktif edukasi DBD untuk anak-anak.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Agus sangat mengapreiasi kegiatan yang melibatkan anak muda dan masyarakat itu. "Inisiatif ini selaras dengan Strategi Nasional Penanggulangan Dengue 2021-2025, khususnya dalam aspek peningkatan keterlibatan masyarakat dan pengembangan inovasi,” katanya.

Academic Advisor and Operations Counsel Prestasi Junior Indonesia Robert Gardiner menjelaskan generasi muda, dengan potensi dan semangat yang dimiliki, perlu didorong untuk berpartisipasi aktif dalam mengatasi tantangan yang dihadapi masyarakat. Melalui program ini, para siswa memperoleh pengalaman pertama mengeksplorasi demam berdarah dengue secara komprehensif sekaligus kesempatan mentransformasi aspirasi mereka menjadi sebuah karya nyata yang bermanfaat. "Selama proses pembelajaran dan pengembangan ide, mereka juga mengasah keterampilan abad ke-21 yang sangat dibutuhkan, seperti berpikir kritis, komunikasi, kolaborasi, dan kreativitas,” katanya.

ADVA Steering Committee for Indonesia Rezeki Hadinegoro mengungkapkan, sebagai kelompok kerja ilmiah di kawasan Asia yang reguler berdiskusi dan berbagi pengalaman mengenai pengendalian demam berdarah dengue, inisiatif ini menjadi wujud nyata dari salah satu fokus kerja timnya dalam meningkatkan partisipasi dan edukasi masyarakat. Generasi muda yang terlibat dalam program ini adalah segmen masyarakat yang sangat penting dalam upaya penanggulangan DBD. Dengan sumber daya yang lebih baik dan didukung kreativitas, mereka memiliki kemampuan untuk menciptakan efek domino dalam menyebarkan pesan dan semangat bebas dari DBD kepada keluarga, sekolah, dan komunitas mereka. Kami antusias mengimplementasikan inisiatif perdana ini di lima negara di Asia Tenggara, meliputi Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand.”

Kasus demam berdarah dengue menjadi isu kesehatan masyarakat Indonesia yang semakin urgen saat ini. Hingga pekan ke-22 tahun 2024, Kementerian Kesehatan telah mencatat 119.709 kasus demam berdarah dengan 777 kematian di 34 provinsi di Indonesia.  Angka ini melonjak drastis hingga tiga kali lipat bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Situasi ini mendorong pengembangan upaya penanganan demam berdarah dengue yang kian inovatif dan melibatkan berbagai elemen masyarakat.

Presiden Direktur PT Takeda Innovative Medicines Andreas Gutknecht mengatakan timnya sangat bersemangat melihat antusiasme para siswa yang mengikuti Dengue Slayers Challenge. "Kami bekerja sama dengan pemerintah, asosiasi medis, perusahaan, sekolah, dan masyarakat untuk memperkuat pencegahan DBD yang komprehensif dan menciptakan lingkungan yang lebih aman bagi keluarga dan masyarakat di negeri ini. Bersama-sama, kita memiliki kekuatan untuk melawan DBD, dan kita harus bertindak sekarang!”

Dalam Dengue Slayers Challenge, para siswa ditantang untuk menciptakan solusi inovatif pencegahan dan pengendalian DBD berupa media edukasi (Outreach), sistem pengawasan (Surveillance & Epidemiology), atau strategi pengendalian nyamuk (Vector Control: Prophylaxis/Prevention). Untuk mendukung proses eksplorasi dan penyusunan ide, para siswa telah memperoleh lokakarya demam berdarah dengue, pelatihan design thinking, serta pendampingan dari mentor ahli di bidang kesehatan. Sebagai puncak program, tim terbaik berkesempatan mewakili Indonesia untuk mempresentasikan ide mereka kepada komunitas internasional, pemimpin kesehatan masyarakat di pemerintah, dan pembuat keputusan pada ajang Asia Dengue Summit ke-7 di Kuala Lumpur, 5-7 Juni 2024.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus