Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Jadi Primadona di Malioboro, Ini Rahasia Kopi Tarik Wonosobo

Tangent Rostery Coffee nama lapak itu dan khusus menyajikan kopi tarik.

3 Oktober 2018 | 16.48 WIB

Pengunjung mengantre di lapak Tangent Rostery milik Mustaien Mudhiun, seorang pemasak kopi asal Wonosobo Jawa Tengah dalam event Malioboro Coffee Night Festival Selasa, 2 Oktober 2018. TEMPO/Pribadi Wicaksono.
Perbesar
Pengunjung mengantre di lapak Tangent Rostery milik Mustaien Mudhiun, seorang pemasak kopi asal Wonosobo Jawa Tengah dalam event Malioboro Coffee Night Festival Selasa, 2 Oktober 2018. TEMPO/Pribadi Wicaksono.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Yogyakarta - Puluhan orang mengantre dengan sabar di depan sebuah lapak kopi tarik yang berada di utara Malioboro Mall Yogyakarta Selasa petang 2 Oktober 2018. Mereka rela menunggu giliran demi mendapatkan jatah satu cup kopi gratis yang diracik dengan lincah oleh tiga pemuda berbaju hitam penjaga lapak.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Tangent Rostery Coffee nama lapak itu dan khusus menyajikan kopi tarik. Asalnya dari Desa Tembelang Wonosobo Jawa Tengah atau 27 kilometer dari dataran tinggi Dieng. Lapak itu menjadi salah satu yang paling ramai diserbu pengunjung dalam event Malioboro Coffee Night Festival, perhelatan yang digelar Komunitas Kopi Nusantara bersama Pemerintah Kota Yogya untuk memperingati Hari Kopi Sedunia dan HUT Kota Yogya ke 262

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Kopi tarik ala Tangent Rostery penyajiannya dilakukan lewat racikan bersama susu kental manis. "Kopi tarik kami relatif lebih aman untuk lambung, tidak bikin sebah atau berasa kembung, dan tetap enak dinikmati, " ujar Mustaien Mudhiun, 43, pengelola Tangent Coffee di sela acara.

Sehatnya kopi tarik milik Mustaien ini, karena tidak dicampur bahan apapun dan pemrosesannya alami, bukan instan. Mustaien yang kesehariannya berprofesi sebagai roaster atau pemasak kopi untuk sejumlah kafe dan kedai di kawasan Wonosobo itu mengatakan, kopi tariknya merupakan olahan house blend robusta arabica yang mengandalkan komposisi medium plus atau di atas separo kepekatan kopi.

Misalnya jika kopi tarik Aceh atau daerah Sumatera kepekatan kopi yang dipakai mencapai hampir 100 persen, kopi Tangent hanya 70-75 persennya saja atau istilahnya full city roast.

Profil kopi yang diolah asli Wonosobo dengan karakteristik robustanya berwarna cokelat sedangkan arabicanya memilih jenis sweet acid atau manis dengan asam yang lebih ringan.

"Jadi kopi kami tidak terlalu pekat namun rasa tetap dominan, sehingga aman ketika dicampur dengan pemanis apapun," ujar roaster yang berulangkali diundang bersama komunitas kopi menyambangi sejumlah negara seperti Singapura dan Kuwait untuk mengenalkan kopi racikannya itu.

Mustaien menuturkan selama meracik kopi dia lebih berfokus pada proses roasting saja yang semua dilakukan sejak dari proses petik. Untuk robustanya diproses dengan cara natural sedangkan arabicanya diolah dengan proses full wash atau proses basah.

Meski tak terlalu pekat, kopi tarik Tangent Coffee itu dinilai Mustaien tetap bisa diterima kalangan masyarakat pecinta kopi. Termasuk di kawasan dingin Wonosobo kampung asalnya.

Mustaien menuturkan untuk mendapatkan bahan baku terbaik seperti untuk arabicanya pun kopi Wonosobo sangat bisa diandalkan karena arabica itu masih bisa ditanam pada ketinggi 1800 meter di atas permukaan laut (mdpl). Arabica bisa bertumbuh baik rata rata di atas 800 mdpl.

PRIBADI WICAKSONO (Yogyakarta)

Tulus Wijanarko

Tulus Wijanarko

Wartawan senior dan penyair.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus