Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Jangan Takut Gemuk Bila Makan Besar setelah Salat Tarawih

Banyak orang yang melampiaskan rasa laparnya di bulan puasa dengan makan terlalu kenyang pada Magrib. Padahal, Anda bisa makan besar setelah tarawih.

17 Mei 2018 | 14.20 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Mustafa Elhariry (29) berbicara sebagai keluarga Elfariri Muslim Amerika Mesir dengan teman-temannya yang ikut dalam buka puasa bersama di Bulan Ramadan di Manalapan, New Jersey, AS, 28 Mei 2017. REUTERS

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Pada siang hari di bulan Ramadan, kemungkinan besar Anda cukup sering terbayang makanan saat berbuka. Tidak heran banyak dari kita yang akhirnya kalap dan makan terlalu kenyang saat azan Magrib berkumandang. Agar perut Anda tidak kaget, ada baiknya Anda mencoba makan setelah tarawih. Baca: Tips Lawan Ngantuk di Bulan Ramadan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Direktur Kesehatan Keluarga Kemenkes, Eni Gustina, menegaskan tidak ada larangan untuk makan malam setelah salat tarawih. Makan terlalu malam keungkinan akan sangat dikhawatirkan anak perempuan yang mungkin ingin menjaga agar tubuhnya memiliki berat badan ideal.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Makan malam setelah shalat terawih sangat boleh, kita seharian sudah puasa. Kadang remaja putri yang sering berpikir begitu, habis shalat terawih tidak usah makan malam karena takut gemuk. Itu salah, kita akan kurang energi. Porsinya yang mesti kita ubah, harus kita perhatikan sayurnya harus lebih banyak”, katanya.

Untuk itu, Eni menekankan pentingnya memahami dan menerapkan porsi piring makanku dengan menu yang bergizi seimbang dan membiasakan pola makan tersebut di keseharian. Baca: Makan Banyak, tapi Tetap Kurus? Ini Penjelasan Ahli

Piring sajian sebaiknya diisi dengan asupan karbohidrat, protein, vitamin, dan mineral seimbang. Alasannya tidak ada satupun jenis makanan yang mengandung semua jenis zat gizi yang dibutuhkan tubuh. Untuk itu, konsumsilah pangan yang beragam. Dalam satu porsi sajian, sayur-sayuran dan buah-buahan memiliki porsi paling banyak, yakni separuh bagian piring setiap makan (satu kali sajian).

Sementara itu, separuh bagian piring lainnya dapat diisi dengan makanan pokok yang bisanya mengandung karbohidrat dan lauk-pauk yang banyak mengandung protein (porsi protein harus lebih banyak dibanding karbohidrat). Protein sangat penting karena peranannya sebagai sumber energi, zat pembangun tubuh, bahkan berfungsi juga dalam mekanisme pertahanan tubuh. Baca: Cegah Hipertensi, Makan Garam Maksimal 1 Sendok Teh Sehari

Untuk mengisi asupan protein, ikan bisa menjadi pilihan utama. Ikan sebenarnya tidak terlalu berbeda kandungannya dengan protein hewani lainnya. Namun, ikan dikatakan lebih menyehatkan karena lemak yang terkandung di dalam ikan bukan merupakan lemak jenuh. Sebagai salah satu sumber protein hewani, ikan mengandung asam lemak tak jenuh (omega, yodium, selenium, fluorida, zat besi, magnesium, zink, taurin, serta coenzyme Q10). Selain itu, kandungan omega 3 pada ikan jauh lebih tinggi dibanding sumber protein hewani seperti daging sapi dan ayam. Ikan juga memiliki kandungan DHA, sementara daging sapi atau ayam tidak ada.

Eni juga mengingatkan agar setelah makan malam jangan langsung tidur. Jeda waktu tersebut dapat kita isi dengan kegiatan atau ibadah lainnya seperti tadarus Al Quran. Namun, Eni juga berpesan untuk tidak tidur terlalu malam, agar cukup istirahat dan tetap tepat waktu bangun untuk sahur kembali esok (dini) hari.

 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus