Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Jantung Berdebar Belum Tentu Aritmia, Cek Penyebabnya

Gangguan irama jantung atau aritmia dan berdebar karena mengalami suatu hal yang menegangkan berbeda. Simak penjelasan dokter.

30 Oktober 2023 | 17.29 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Spesialis jantung dan pembuluh darah Rerdin Julario mengatakan perbedaan gangguan irama jantung atau aritmia dan perasaan berdebar-debar karena mengalami suatu hal yang menegangkan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Kalau aktivitas itu normal maka tidak perlu risau. Misalnya saat mau ujian atau aktivitas olahraga, itu pasti detak jantung meningkat," katanya, Senin, 30 Oktober 2023.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sedangkan jika jantung berdebar-debar saat tidak melakukan aktivitas berat maka kita harus mewaspadainya karena hal tersebut merupakan gejala aritmia. Selain itu, dia juga mengimbau agar mewaspadai detak jantung yang lambat pada saat melakukan aktivitas fisik yang berat.

"Itu dua hal yang harus dibedakan. Saat berdebar-debar karena deg-degan atau saat aktif, itu yang harus kita bedakan," ujarnya.

Rerdin menyebutkan detak jantung normal berada pada angka 60-100 per menit. Angka tersebut dapat diukur melalui pengukur detak jantung yang terdapat pada jam pintar yang sekarang sudah semakin mudah dan murah diperoleh. Jika mengalami gejala aritmia, sebaiknya lakukan pemeriksaan menggunakan elektrokardiograf atau alat rekam jantung untuk menentukan apakah gejala yang dialami merupakan aritmia atau bukan.

Berbagai faktor penyebab
Dalam kesempatan yang sama, Staf Teknis Komunikasi Transformasi Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, dr Makhyan Jibril Al Farabi, mengimbau untuk mengenali risiko penyakit jantung melalui gerakan Meraba Nadi Sendiri atau MeNaRi untuk dapat mengenali kerja jantung masing-masing.

"Supaya kita bisa aware dengan meraba denyut nadi menggunakan jari sendiri, kira-kira detak jantung normal berada pada 60-100 denyut per menit," paparnya.

Untuk mengurangi risiko aritmia, Jibril menyarankan untuk memperhatikan kesehatan jantung dan selalu hidup sehat dengan rajin melakukan aktivitas fisik, makan makanan sehat, serta cukup beristirahat.

"Prinsip jantung berdetak ada irama standar, yang berarti listrik jantung dan pompa darahnya bagus. Kalau tidak standar, itu menyebabkan makanan tidak sampai ke tubuh, tidak kuat memompa darah, dan membuat orang pingsan," katanya.

Ia mengatakan gejala dapat menyerang siapa pun dan pada rentang usia berapa pun. Bahkan, orang yang aktif berolahraga seperti atlet sekali pun juga memiliki risiko aritmia. Dia menyebut aritmia disebabkan berbagai penyebab, seperti faktor genetik, kekurangan elektrolit, serta konsumsi obat-obatan tertentu yang mempengaruhi kerja jantung.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus