Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Kapan Puncak Massa Tulang dan Waktu yang Tepat Mencegah Osteoporosis

Ketahui periode terbaik memumpuk "bekal" menjelang massa tulang puncak, fase kondisi tulang terbaik, dan penurunannya untuk mencegah osteoporosis.

23 Oktober 2021 | 08.36 WIB

Ilustrasi pria memeriksa tulang. Shutterstock
material-symbols:fullscreenPerbesar
Ilustrasi pria memeriksa tulang. Shutterstock

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Bagus Putu Putra Suryana mengatakan osteoporosis bukan hanya penyakit yang terjadi pada orang lanjut usia atau lansia. Osteoporosis juga bisa dialami oleh orang yang masih muda, tergantung bagaimana mereka menjaga kesehatan dan menerapkan gaya hidup yang tepat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

"Kalau penanganan osteoporosis pada lansia, ini sudah terlambat," kata Bagus dalam acara bincang daring bersama Anlene "Perjalanan Menuju Tulang Sehat Dimulai Sekarang" pada Selasa, 19 Oktober 2021. Sebab itu, osteoporisis harus dicegah sejak dini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Pengurus Perhimpunan Osteoporosis Indonesia atau Perosi ini menyampaikan periode terbaik untuk memumpuk "bekal" menjelang massa tulang puncak, fase kondisi tulang terbaik, dan penurunan setelahnya. Massa tulang puncak terjadi pada usia 20 sampai 30 tahun.

Setelah itu, massa tulang menurun perlahan hingga usia 45 tahun. Untuk perempuan, massa tulang langsung anjlok pada usia 45 karena memasuki masa menopause. Sementara pada laki-laki, massa tulang melandai pelan-pelan seiring bertambahnya usia.

Bagus mengatakan, asupan nutrisi dan latihan fisik yang baik sejak dini dapat meningkatkan pencapaian massa tulang puncak. Artinya, upaya memenuhi gizi dan gerak harus terbangun sejak masa kanak-kanak, terutama di usia 10 sampai 15 tahun.

Cara menyiapkan bekal menuju massa tulang puncak adalah dengan mencukupi kebutuhan nutrisi. Penting juga untuk latihan fisik secara rutin dengan intensitas sedang sampai berat selama 30 sampai 60 menit selama 3 hingga 5 kali dalam seminggu.

Beberapa bagian tulang yang paling mudah keropos adalah pergelangan tangan, pangkal paha, dan tulang belakang bagian bawah. "Risiko osteoporosis bergantung pada seberapa banyak massa tulang yang dicapai di masa muda," kata Bagus. Pada usia muda, tubuh akan membuat tulang baru lebih cepat dan massa tulang meningkat.

Bagus melanjutkan, cara mudah diagnosa mandiri apakah seseorang sudah mengalami osteoporosis atau belum adalah dengan memperhatikan faktor risikonya, yakni usia, asupan nutrisi, olahraga, dan sebagainya. Jika ingin lebih presisi lagi, dia menyarankan melakukan pemeriksaan kepadatan tulang ke dokter minimal setahun sampai dua tahun sekali.

Apabila sudah terlanjur mengalami osteoporosis, Ketua Umum Perkumpulan Warga Tulang Sehat Indonesia (Perwatusi), Anita A. Hutagalung mengatakan, orang tersebut jangan asal melakukan gerakan olahraga tertentu yang justeru membuka potensi cedera atau keparahan pada tulang. "Perhatikan keseimbangam gerakan senam yang baik, benar, terukur, dan teratur," katanya.

Prinsip gerakan senam osteoporosis adalah tidak membebani lutut. Sebab, lutut mengampu 75 persen bobot tubuh. Dengan begitu, gerakan senam dilakukan sembari duduk. "Gerakan senam osteoporosis dalam posisi duduk supaya nyaman," katanya. "Meski duduk, gerakan ini sama capeknya dengan berdiri."

Baca juga:
Fakta tentang Penyakit Osteoporosis di Indonesia, Bukan Penyakit Lansia Saja

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik Tempo.co Update untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus