Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Setiap orang tua ingin anaknya tumbuh dengan sehat dan bahagia, namun sering kali kita hanya fokus pada tonggak perkembangan fisik anak, seperti kapan mereka mulai berjalan, berbicara, atau tersenyum.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Namun, perkembangan emosional anak sama pentingnya untuk diperhatikan. Mengetahui tonggak emosional yang diharapkan bisa membantu orang tua mengenali potensi masalah lebih awal, dan ini sangat penting untuk mendukung anak-anak dalam tumbuh kembang mereka.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mengapa Mengetahui Tonggak Emosional Itu Penting?
Seperti yang dilansir dari Psychology Today, bagi orang tua, mengetahui perkembangan emosional anak akan sangat membantu dalam mengenali dan mengatasi masalah lebih cepat. Banyak orang tua yang tidak menyadari bahwa masalah emosional pada anak bisa muncul sejak dini. Misalnya, seorang anak yang sangat pemalu atau tidak mau berbicara dengan guru di sekolah. Pada awalnya, hal ini mungkin dianggap sebagai bagian dari kepribadian anak, namun seiring waktu bisa berkembang menjadi masalah yang lebih besar, seperti kecemasan sosial.
Tonggak emosional pada anak-anak sering kali tidak dibicarakan sebanyak tonggak fisik. Hal ini bisa menyebabkan orang tua baru menyadari adanya masalah emosional setelah anak mulai kesulitan menjalani aktivitas sehari-hari, seperti berinteraksi dengan teman-temannya atau menyelesaikan pekerjaan sekolah.
Apa yang Harus Diperhatikan?
Jika orang tua mengetahui apa yang harus diharapkan dari perkembangan emosional anak, mereka dapat lebih mudah mengenali tanda-tanda jika anak sedang kesulitan. Salah satu cara mudah untuk melakukannya adalah dengan membandingkan perkembangan sosial dan emosional anak dengan teman sebayanya. Apakah anak Anda dapat mengikuti kegiatan sosial dan emosional yang dilakukan oleh teman-temannya?
Dilansir dari Verywell Mind, masalah emosional atau sosial anak tidak selalu terlihat pada awalnya. Misalnya, anak yang cemas mungkin lebih memilih untuk bermain sendirian atau menghindari kegiatan tertentu, seperti berbicara dengan teman-temannya. Hal ini dapat membuat kecemasannya semakin parah, karena ia tidak belajar keterampilan sosial yang penting.
Jika anak Anda kesulitan untuk melakukan kegiatan sehari-hari—seperti pergi ke sekolah, mengerjakan PR, atau berinteraksi dengan teman-temannya—itu bisa menjadi tanda bahwa ada masalah yang perlu ditangani lebih lanjut.
Meskipun semua anak kadang berperilaku nakal atau tidak nyaman dalam situasi sosial, anak dengan gangguan perkembangan seperti ADHD atau gangguan kecemasan biasanya akan menunjukkan pola perilaku yang lebih konsisten dan mengganggu aktivitas mereka. Jika perilaku anak sudah mengganggu kehidupannya, seperti kesulitan di sekolah atau dalam hubungan sosial, ini bisa jadi tanda adanya masalah emosional yang lebih serius.
Orang tua perlu berhati-hati terhadap "akomodasi", yaitu perilaku yang tidak sengaja dilakukan oleh orang tua untuk membantu anaknya menghindari kecemasan. Misalnya, orang tua mungkin terlalu melindungi anak dari situasi yang menakutkan, namun hal ini justru dapat memperburuk kecemasan anak dalam jangka panjang.
Salah satu cara terbaik untuk mendukung anak adalah dengan berbicara tentang masalah mereka secara terbuka. Walaupun kadang terasa sulit atau rentan, berbicara dengan keluarga atau teman tentang tantangan yang dihadapi anak bisa membantu orang tua merasa tidak sendirian. Dengan berbagi pengalaman, orang tua bisa saling memberikan dukungan dan mendapatkan ide-ide baru tentang cara membantu anak-anak mereka.
Jika kita ingin anak-anak kita tumbuh menjadi pribadi yang sehat dan tangguh, kita perlu belajar untuk mengenali tanda-tanda kesulitan emosional mereka, berbicara tentang masalah tersebut, dan bersama-sama mencari solusi untuk membantu mereka mengatasinya.
PSYCHOLOGY TODAY | VERYWELL MIND
Pilihan editor: Trauma Masa Kecil Serta Pola Asuh Jadi Faktor Remaja Bertindak Negatif