Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Setiap orang pasti pernah merasa takut dengan kadar yang berbeda. Terkadang ada rasa takut yang muncul tanpa sebab. Apakah ini termasuk gangguan kejiwaan?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Konselor psikologi Agnes Sandra menyatakan, rasa takut yang berlebihan tidak selalu masuk kategori gangguan kejiwaan. Rasa takut adalah respons alami yang muncul dari pikiran seseorang berdasarkan persepsi atas sesuatu hal yang dinilai berbahaya. Meski begitu, menurut dia, harus ada penilaian klinis untuk menengakkan diagnosa rasa takut seseorang yang dapat dikategorikan sebagai gangguan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Salah satu bentuk rasa takut yang mengganggu adalah ketakutan tidak berdasar atau biasa disebut fobia. Dengan mengetahui perbedaan rasa takut dengan fobia, maka seseorang dapat menentukan langkah apa yang harus diambil agar aktivitasnya tidak terganggu.
"Fobia adalah sebuah perasaan yang intens, ketakutan irasional. yang secara langsung berhubungan dengan fisik, kejadian, atau situasi yang tidak sesuai dengan potensi bahaya," kata Agnes Sandra dalam diskusi virtual yang diadakan Ruang Komunal Anxietas dan Depresi (ERKAD) tentang kesehatan jiwa pada Sabtu, 26 Februari 2022.
Agnes mencontohkan seseorang yang ketakutan terhadap kucing. Ketakutan masuk kategori fobia apabila orang tersebut memiliki persepsi yang berlebihan tentang kucing. Padahal, kucing tidak selalu memicu bahaya kepada manusia. Kucing bahkan bisa menjadi teman dan pelepas stres.
"Nah, rasa takut terhadap kucing ini tentu berbeda dengan rasa takut ini pada singa," kata Agnes. Musababnya, setiap orang tahu kalau singa itu binatang pemangsa yang berbahaya untuk manusia, terutama jika bukan ahlinya atau pawang.
Kendati muncul dari sesuatu yang tidak rasional, menurut Agnes, fobia dapat bermula dari proses traumatik. Seorang peserta diskusi, Abrar Ali, 26 tahun mengaku fobia terhadap kucing karena trauma pernah terinfeksi toksoplasma. "Ibu terkena toksoplasma saat mengandung saya. Dan sekarang saya merasakan dampaknya," ujar Abrar.
Gejala fobia dapat terlihat secara fisik, misalkan panik, mual, dan pusing saat melihat sesuatu yang menjadi sumber fobia. "Jadi, semua rasa takut itu di luar kendali, tidak terkontrol, dan cenderung menghindar," ujar Agnes.
Fobia juga dapat menimbulkan rasa cemas yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari. Sebab itu, Agnes melanjutkan, fobia masuk dalam gangguan kecemasan. Pengidap fobia membutuhkan pertolongan profesional apabila kondisi tersebut mengganggu fisik dan mental, sampai pada tingkat perilaku yang mengganggu fungsi sosialnya. Contoh, orang yang fobia ketinggian dan memilih naik tangga setinggi apapun lantai yang ingin dituju. Dia menolak naik lift atau eskalator karena merasa sesak napas.
Tipisnya batas ketakutan biasa dan fobia yang mengganggu fungsi sosial dapat diamati dalam kurun enam bulan. Fobia berlanjut yang dapat mengganggu fungsi sosial akan terus timbul secara fisik, perilaku, dan mental seseorang meski sudah lewat enam bulan.
Baca juga:
Ada Tiga Jenis Fobia, Apa Saja?
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik Tempo.co Update untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.