Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Kian Banyak Anak Alami Rabun Jauh, Pakar Ungkap Sebabnya

Kasus rabun jauh semakin banyak seiring aktivitas anak yang lebih banyak bermain gawai dalam keseharian tanpa aturan waktu yang jelas.

16 Oktober 2024 | 15.46 WIB

Ilustrasi pemeriksaan mata. shutterstock.com
Perbesar
Ilustrasi pemeriksaan mata. shutterstock.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Rabun jauh bisa disebabkan bola mata yang terlalu panjang, kemampuan mata yang terlalu kuat dalam memfokuskan cahaya, faktor keturunan, kelahiran prematur, dan juga pengaruh gaya hidup. Pakar kesehatan mata yang juga dosen President University, Andrea Surya Anugrah, mengatakan anak usia 6 tahun rentan mengalami rabun jauh atau miopia akibat kebiasaan buruk menatap layar berlebihan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

“Rata-rata sekarang usia masih kecil sudah bisa terkena, seperti usia 5 dan 6 tahun itu yang paling banyak, juga di bawah 5 tahun tapi tidak banyak. Ini jadi sangat memprihatinkan,” kata Andrea dalam bincang daring “Kasus Rabun Jauh pada Anak Makin Banyak, Apa Bisa
Diobati?", Rabu, 16 Oktober 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Menurutnya, kasus miopia semakin banyak seiring aktivitas anak yang lebih banyak bermain gawai dalam keseharian tanpa aturan waktu yang jelas dari orang tua. Selain itu, aktivitas luar ruangan yang juga jarang dilakukan anak menjadi faktor penentu dalam kasus ini sehingga kasus rabun jauh terus meningkat dibanding zaman dulu.

Kurang aktivitas luar ruangan
Andrea menjelaskan di zaman dulu banyak orang tua yang membawa anak-anak beraktivitas di luar ruangan sehingga intensitas kegiatan di dalam ruangan jika dibanding saat ini berbeda jauh. Penggunaan gawai pada anak semakin luas tanpa adanya pemahaman yang  baik dari orang tua. Dengan mengatur waktu yang ketat pada anak, kasus rabun jauh bisa diminimalisasi.

“Kebiasaan berbeda dengan zaman dulu. Masa kecil anak-anak zaman dulu itu tidak terlalu banyak konsumsi screen, kalau sekarang screen sudah ada dari bayi sehingga awarness harus dibangkitkan, terutama pada orang tua,” pesannya.

Kenaikan kasus rabun jauh pada anak dimulai sejak pandemi COVID-19 melanda Indonesia, di mana anak-anak lebih banyak berada dalam ruangan yang menyebabkan pandangan terbatas. “Karena kasusnya terus meningkat, terutama pada anak. Kalau untuk rabun dekat juga ada tapi tidak banyak. Terlebih sejak COVID-19, kasus semakin meningkat,” ujarnya.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus