Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Kondom saja pak !

Pil anti hamil terbukti membuat lemak dalam darah membubung, sakit jantung dan kanker rahim. alat kontrasepsi yang paling aman adalah kondom yang kalau bocor ditunjang abortus. (ksh)

1 Desember 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ADA kabar yang mencemaskan bagi ibu-ibu yang minum pil anti-hamil. Berbagai penelitian menunjukkan kelemahan obat ini. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan terhadap 2606 wanita di Amerika Serikat belum lama ini, terbukti pil itu membuat lemak dalam darah membubung. Satu keadaan yang diperkirakan dokter sebagai penyebab sakit jantung. Bukti-bukti juga menunjukkan pil itu untuk wanita yang lebih tua lebih gampang terserang kanker rahim. Karena itu para ahli di sana menganjurkan agar membatasi penggunaan obat itu hanya untuk menyembuhkan penyakit kandungan. Dalam suatu penelitian yang lain, Tietze dan Lewit dari The Population Council, New York, membuktikan bahwa untuk semua tingkat umur kontrasepsi yang paling aman adalah kondom. Kalau bocor ditunjang dengan abortus. Dalam melindungi penduduknya dari bahaya efek samping obat anti-hamil Jepang jauh lebih maju. Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Jepang belum juga membenarkan pemakaian preparat steroid (pil anti-hamil) sebagai kontrasepsi. Di apotik-apotik Jepang memang ada 4 macam pil anti-hamil yang hanya dapat dibeli dengan resep dokter. Namun obat-obatan itu hanya dibenarkan pemakaiannya oleh Jawatan Pengawasan Obat untuk pengobatan haid yang tidak teratur, sakit waktu haid, atau penyakit ovarium tetapi tidak untuk kontrasepsi. Sedot Panitia medik dari Perkumpulan Keluarga Berencana Jepang sekarang ini baru bermaksud untuk menyelidiki secara klinis "pil anti-hamil dosis rendah. " Tapi pelaksanaannya masih belum pasti karena izin impor obat semacam itu belum tentu bisa diperoleh. Sejak 1948 tatkala abortus disahkan, kuret merupakan cara yang biasa dilakukan untuk menggugurkan pada kehamilan 3 bulan. Tapi sekarang Jepang telah mengembangkan alat sedot mutakhir, hingga pendarahan dan komplikasi bisa ditekan seminimal mungkin. Tarif abortus berkisar antara Rp 100.000 sampai Rp 200.000. Tahun 1978 ada 600.000 wanita yang menggugurkan menurut catatan Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Jepang. Meskipun beberapa dokter memperhitungkan lebih banyak dari itu. "Selain dengan sedotan, pengguguran dengan obat Prostaglandin juga dilakukan di sana dengan hasil yang memuaskan," kata seorang dokter ahli kandungan dan kehamilan Indonesia yang sering berkunjung ke sana. Alat KB yang paling populer di Jepang tetap yang kuno Kondom. Hampir 80% pasangan subur di Jepang menggunakan payung pengaman ini. Begitu ramainya orang menggunakannya sehingga bagi turis yang melancong ke Jepang jangan heran kalau melihat banyak "ubur-ubur" di pinggir-pinggir Danau Hakone. Jika kondom bocor dan terjadi kehamilan, wanita-wanita Jepang merencanakan keluarganya dengan bantuan abortus yang tekniknya memang sudah maju. Sekalipun Jepang merupakan pencipta spiral yang pertama tahun 1930, namun baru tahun 1974 alat itu secara resmi boleh dipakai. Profesor Ohta adalah pencipta intra uterine device (IUD) berbentuk cincin yang terbuat dari logam. Spiral ini terkenal dengan nama "cincin Ohta". Sekarang di sana populer pula IUD "cincin Yusei". Jenis IUD lain seperti Lippes Loop, Cu-T, Cu-7 dan Multilan banyak dipakai di Indonesia. Namun hanya sekitar 10% wanita Jepang yang berkenan memakainya. Kecemasan pemerintah Jepang terhadap spiral tetap kuat. Para ahli sangat kuatir terhadap spiral yang menggunakan logam. Belum lama berselang ada 2 perusahaan farmasi yang minta izin memasarkan spiral yang mengandung bahan kimia aktif terbuat dari tembaga. Tapi para penasihat di Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan tidak melihat perlunya spiral macam itu. Apalagi belum diketahui secara pasti apa pengaruh logam tembaga terhadap si pemakai. Perusahaan itu nampaknya bakal gagal masuk Jepang. Kewaspadaan tinggi dari pemerintah Jepang terhadap obat-obatan anti-hamil dan alat KB ini terutama didasarkan pada pengalaman pahit dari efek samping obat penenang thalidomide yang mengakibatkan cacadnya anak-anak dari ibu yang meminumnya. Lagi pula wanita Jepang tak mau "merusak" tubuhnya dengan memasukkan sesuatuke dalam. Mereka ogah minum pil karena obat itu bisa mengakibatkan kegemukan. Di Indonesia penggunaan pil antihamil cukup besar. Sebanyak 70% dari peserta KB meminumnya. Penjualannya pun begitu bebas. Di Tana Toraa, Sulawesi Selatan, obat anti-hamil malahan sudah dijual di kios-kios. Siapa saja boleh beli asal ada surat keterangan dari dokter Puskesmas. Sikap sadar KB tersebut memang boleh dipuji. Tapi pengalaman di Jepang yang lebih suka kondom dan abortus patut direnungkan para ahli KB kita.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus