Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Di tengah pandemi Covid-19, berbagai pengobatan dan konsultasi dengan dokter telah diimbau untuk dilakukan secara online. Bukan hanya untuk penyakit fisik saja, namun ini juga berlaku bagi berbagai masalah kesehatan mental.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Disebut juga sebagai telepsikiatri, setiap orang bisa mendapatkan pelayanan medis terkait psikiatri seperti evaluasi psikiatri, terapi baik terapi individu, kelompok maupun keluarga, edukasi pasien dan manajemen terapi. Lalu, bagaimana dengan jumlah penggunanya selama merebaknya virus corona?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa Prasila Darwin mengatakan bahwa minat masyarakat untuk menggunakan telepsikiatri sangat tinggi. “Apalagi selama wabah Covid-19, peningkatan penggunanya berlipat-lipat dan meningkat drastis sekali ya,” katanya dalam webinar bersama Johnson and Johnson pada Jumat, 26 Juni 2020.
Dari segi konsultasi, wanita yang berpraktik di Rumah Sakit Harum Sisma Medika itu mengatakan bahwa rasio keluhan terbanyak selama pandemi Covid-19 di telepsikiatri berhubungan erat dengan gangguan kecemasan. “Berdasarkan pengalaman saya di lapangan, gangguan terbanyak itu terkait kecemasan,” katanya.
Kecemasan tersebut umumnya muncul lantaran banyak dari mereka yang khawatir akan risiko Covid-19. “Banyak yang mengeluh takut dirinya atau anggota keluarga terdekat tertular atau terinfeksi virus corona. Sayangnya kecemasan ini memicu sulitnya pasien untuk tidur. Jadi banyak yang minta dibantu untuk mengatasi kecemasan dan masalah tidur ini,” katanya.
Selain itu, masalah kesehatan mental lain yang juga banyak ditanyakan ialah gangguan jiwa berat seperti skizofrenia dan bipolar. “Keduanya termasuk penyakit kronis yang memerlukan penanganan tepat dan cepat agar tak terjadi kekambuhan. Karena tidak bisa bertemu di tempat praktik, banyak juga yang beralih ke online,” katanya.