Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Leptospirosis Penyakit Langganan Musim Hujan, Seberapa Berbahaya?

Leptospirosis adalah penyakit yang kerap muncul setiap musim hujan, terutama di daerah yang rawan banjir dan genangan air. Seberapa berbahaya?

27 Maret 2024 | 19.10 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi banjir. Dok. TEMPO/M. Iqbal Ichsan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Setiap musim hujan, masyarakat di berbagai belahan dunia diingatkan tentang ancaman penyakit yang serius, yakni leptospirosis. Penyakit ini muncul ketika bakteri leptospira masuk ke tubuh manusia melalui air atau tanah yang terkontaminasi oleh urin hewan yang terinfeksi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Meskipun sering dianggap sepele, leptospirosis dapat menjadi penyakit yang mematikan jika tidak diobati dengan cepat dan tepat. Sebagai penyakit yang menular dari hewan ke manusia, kencing hewan seperti tikus, merupakan sumber utama penularan leptospirosis.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gejala Leptospirosis

Biasanya, tanda-tanda leptospirosis akan muncul dalam rentang waktu 5 hingga 14 hari setelah individu terinfeksi bakteri leptospira. Namun, periode ini dapat bervariasi dari 2 hingga 30 hari setelah terjadi infeksi, dengan rata-rata sekitar 10 hari setelah paparan awal. 

Secara umum, gejala awal leptospirosis seringkali menyerupai gejala flu biasa. Ini termasuk demam tinggi, sakit kepala, menggigil, nyeri otot, muntah, kehilangan nafsu makan, dan bahkan kemungkinan timbulnya ruam di kulit. Gejala ini bisa berkembang lebih lanjut dan bervariasi dalam tingkat keparahan. 

Leptospirosis dapat didefinisikan dalam tiga kriteria, diantaranya ialah:

1. Kasus Suspect

Kasus suspect ditandai dengan demam akut yang disertai nyeri kepala, meskipun ada juga yang tidak mengalami nyeri kepala. Selain itu, gejala lainnya juga termasuk nyeri otot, kelemahan (malaise), pembengkakan pada konjungtiva mata, serta adanya riwayat paparan faktor-faktor yang dapat menyebabkan leptospirosis dalam dua minggu terakhir. 

2. Kasus Probable

Sebuah kasus dianggap porbable jika kasus yang dicurigai memiliki dua gejala klinis dari tanda-tanda seperti nyeri pada otot betis, tanda-tanda pendarahan, kesulitan bernapas, aritmia jantung, batuk dengan atau tanpa darah dalam dahak, serta adanya ruam pada kulit.

3. Kasus konfirmasi

Kasus yang terkonfirmasi terjadi ketika kasus yang berpotensi disertai dengan salah satu dari beberapa gejala, termasuk isolasi bakteri leptospira dari sampel klinis, hasil positif dari tes PCR, atau perubahan positif dalam uji MAT dari negatif menjadi positif.

Apakah Leptospirosis berbahaya?

Dalam beberapa situasi, seseorang yang terinfeksi penyakit ini mungkin tidak menunjukkan tanda-tanda. Namun, leptospirosis dapat menyebabkan sejumlah gejala dan dalam kasus yang parah, penyakit ini dapat mengakibatkan kondisi serius seperti kerusakan hati dan ginjal, meningitis, gangguan pernapasan, dan bahkan kematian.

Dilansir dari laman Pertanian.kulonprogokab.go.id, leptospirosis adalah penyakit zoonosis yang memiliki potensi bahaya signifikan bagi manusia, karena dapat berujung pada kematian. 

Risiko tertular leptospirosis bisa diminimalkan dengan menghindari berenang atau berendam di air yang tercemar oleh urine hewan. Selain itu, penting untuk menghindari kontak langsung dengan hewan yang mungkin terinfeksi. Jika interaksi dengan air atau tanah yang terkontaminasi bakteri ini tidak dapat dihindari, disarankan untuk menggunakan pakaian pelindung atau alas kaki.

Bagaimana penularan Leptospirosis?

Kencing tikus atau kotoran hewan ternak yang terinfeksi oleh bakteri leptospira dapat menular ke tubuh manusia melalui tiga cara utama, yakni:

  • Kontak Langsung: Bakteri leptospira dapat memasuki tubuh manusia melalui kulit yang terbuka seperti luka yang terkena air atau tanah yang terkontaminasi oleh kencing tikus atau kotoran hewan ternak lainnya.

  • Konsumsi makanan dan minuman: Misalnya, ketika manusia mengonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh bakteri leptospira dari kencing tikus. Hal ini juga dapat terjadi karena kebiasaan tidak mencuci tangan sebelum makan.

  • Inhalasi : Misalnya dengan menghirup aerosol kencing dari tikus yang terinfeksi bakteri leptospira. 

SHARISYA KUSUMA RAHMANDA  I  NAOMY A. NUGRAHENI  I  HARIS SETYAWAN I PUSPITA AMANDA SARI

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus