Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Macam Kebiasaan yang Bisa Merusak Otak

Hindari aneka kebiasaan berikut agar kesehatan otak tetap terjaga sampai tua.

12 November 2021 | 15.26 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Otak berperan penting dalam mengendalikan seluruh fungsi tubuh sehingga menjaganya tetap sehat itu penting. Seiring bertambahnya usia, fungsi otak akan mengalami penurunan dan tentu saja kondisi ini tidak dapat dihindari.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Penurunan fungsi otak dapat meningkatkan risiko pikun, demensia, dan Alzheimer. Namun, dengan menjaganya tetap sehat, Anda masih dapat mencegah gangguan tersebut. Menjalani pola hidup sehat adalah salah satu cara yang bisa dilakukan untuk menjaga otak tetap sehat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Selain itu, ada beberapa kebiasaan yang juga perlu dikurangi atau sebisa mungkin dihentikan sebab jika otak terlanjur mengalami kerusakan sudah tidak dapat diperbaiki lagi. Berikut kebiasaan-kebiasaan yang dapat merusak otak sehingga Anda dapat mengubah kebiasaan tersebut dari sekarang.

Minum alkohol berlebihan
Sebenarnya jika tidak diminum berlebihan, alkohol dapat memberikan manfaat yang baik untuk tubuh. Anggur merah, misalnya, diketahui dapat memangkas lemak tubuh dan beberapa minuman beralkohol lain dapat membuat rileks. Sayangnya, jika terlalu banyak alkohol dapat membuat otak menyusut.

Melansir Eat This, beberapa penelitian telah menemukan minum alkohol berlebihan dikaitkan dengan pengurangan volume otak, termasuk penelitian tahun 2007 yang menemukan semakin banyak orang minum alkohol secara teratur, semakin rendah volume otaknya. Agar tetap aman, minumlah hanya dalam jumlah sedang, tidak lebih dari dua gelas sehari untuk pria dan satu gelas untuk wanita.

Merokok
Selain merusak paru-paru, merokok ternyata dapat merusak otak. Penelitian menemukan merokok secara teratur, satu batang sehari, dapat mengurangi kemampuan kognitif. Sedangkan merokok satu bungkus sehari dapat mengurangi pemikiran kritis dan memori hampir 2 persen. Ratusan racun dalam tembakau menyempitkan dan merusak pembuluh darah, termasuk yang ada di otak, sehingga otak kehilangan darah dan oksigen yang bergizi.

Minum kopi berlebih
Segala sesuatu yang berlebihan tentu tidak baik, begitu pula dengan kopi. Sebuah penelitian di Australia terhadap hampir 400.000 orang menemukan yang melaporkan minum lebih dari enam cangkir kopi sehari memiliki risiko 53 persen lebih tinggi terkena demensia dan volume otak lebih kecil daripada yang minum lebih sedikit. Sementara itu, konsumsi kopi dalam jumlah sedang telah dikaitkan dengan banyak manfaat kesehatan, termasuk risiko penyakit jantung, Alzheimer, dan Parkinson yang lebih rendah. Jadi, pastikan tidak minum kopi secara berlebihan untuk merasakan manfaatnya.

Kurang olahraga
Tetap aktif secara fisik adalah salah satu cara untuk menjaga kesehatan tubuh, termasuk otak. Sebuah penelitian baru-baru ini menemukan lansia yang melakukan olahraga tingkat sedang, termasuk berjalan kaki, berkebun, berenang, atau menari, memiliki penyusutan otak yang jauh lebih sedikit daripada yang tidak aktif. Perbedaannya setara dengan empat tahun penuaan otak, kata peneliti dari Universitas Columbia, yang membandingkan MRI otak dari 1.557 lansia dengan tingkat aktivitas fisik mereka.

Stres
Stres umumnya bersifat sementara, jika berkepanjangan dapat mengganggu kesehatan fisik. Sebuah studi tahun 2018 yang diterbitkan dalam jurnal Neurology menemukan orang yang menjalani kehidupan dengan stres tinggi dapat mengalami penyusutan otak dan kehilangan memori, bahkan sebelum berusia 50 tahun. Dr. Sudha Seshadri, profesor neurologi di UT Health San Antonio, yang juga merupakan penulis studi tersebut, menjelaskan tingkat kortisol yang lebih tinggi, hormon stres, memprediksi fungsi otak, ukurannya, dan kinerja pada tes kemampuan kognitif.

“Kami menemukan kehilangan daya ingat dan penyusutan otak pada orang yang relatif muda jauh sebelum gejala apapun terlihat. Tidak pernah terlalu dini untuk berhati-hati dalam mengurangi stres,” katanya.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus