Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah kondisi kesehatan yang menyerang sistem kekebalan tubuh. HIV termasuk kondisi berbahaya yang harus dipahami. Gejala awal yang dapat muncul meliputi batuk pilek, demam, sakit kepala, pembengkakan kelenjar getah bening, dan ruam pada kulit.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Saat ini, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Blambang Umpu dengan alamat website idiblambanganumpu.org bekerja sama dengan IDI Borong dalam meneliti lebih lanjut terkait gangguan kesehatan seperti HIV/AIDS dan obat yang direkomendasikan bagi penderita, bagaimana cara penularannya. IDI Borong dengan alamat website idiborong.org menjelaskan HIV/AIDS dapat menular melalui beberapa cara yang melibatkan pertukaran cairan tubuh. Berikut adalah cara utama penularan HIV.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kontak dengan cairan tubuh terinfeksi
Salah satu penularan HIV yang paling umum adalah melalui kontak langsung dengan darah atau cairan tubuh lain yang terinfeksi, seperti saat melakukan prosedur medis tanpa pengamanan yang tepat.
Penggunaan jarum suntik bersama
Berbagi jarum suntik atau alat injeksi dengan orang yang terinfeksi HIV sering terjadi di kalangan pengguna narkoba suntik.
Penggunaan mainan seks
Mainan seks yang digunakan secara bergantian tanpa dibersihkan dapat menjadi media penularan HIV jika terkontaminasi cairan tubuh.
Terinfeksi sejak lahir dari ibu
Ibu yang terinfeksi HIV dan AIDS dapat menularkan virus kepada bayinya selama kehamilan, saat melahirkan, atau melalui ASI. HIV tidak menyebar melalui kontak biasa seperti berjabat tangan, berpelukan, atau berbagi peralatan makan kecuali jika ada luka terbuka atau kondisi tertentu pada mulut penderita.
Obat yang direkomendasikan untuk pengidap HIV dan AIDS
Pengobatan untuk pengidap HIV dan AIDS umumnya dilakukan dengan menggunakan obat antiretroviral (ARV), yang bertujuan untuk mengendalikan infeksi HIV, memperlambat perkembangan penyakit, dan meningkatkan kualitas hidup pasien. Berikut beberapa jenis obat yang direkomendasikan.
Integrase Strand Transfer Inhibitors (INSTI)
Obat integrase inhibitor biasanya diberikan pertama kali sejak seseorang didiagnosis tertular HIV. Obat ini diberikan karena diyakini cukup ampuh untuk mencegah jumlah virus bertambah banyak dengan risiko efek samping yang sedikit.
Non-Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitors (NNRTI)
NNRTI juga memblokir enzim reverse transcriptase tetapi dengan mekanisme yang berbeda dari NRTI, contohnya Efavirenz. Efavirenz adalah obat resep yang disetujui oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) untuk pengobatan infeksi HIV pada orang dewasa dan anak-anak. Efavirenz selalu digunakan untuk kombinasi dengan obat HIV lain.
Protease Inhibitors (PI)
Obat-obatan ini menghambat enzim protease yang diperlukan oleh virus untuk memproduksi partikel virus baru. Kombinasi lopinavir dan ritonavir digunakan bersama obat lain untuk mengobati infeksi HIV. Lopinavir dan ritonavir termasuk dalam golongan obat yang disebut inhibitor protease. Obat ini bekerja dengan cara mengurangi jumlah HIV dalam darah.
Pengobatan HIV/AIDS harus dilakukan secara teratur dan sesuai petunjuk dokter untuk mencegah perkembangan resistensi terhadap obat dan menjaga viral load tetap rendah.
Pilihan Editor: Pakar Ungkap Proses Penularan HIV dari Ibu ke Anak