Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Manfaat Kolesterol Tinggi pada ASI untuk Bayi Menurut Guru Besar UI

Pakar gizi mengatakan kadar kolesterol tinggi pada ASI berfungsi melindungi bayi dari risiko penyakit degeneratif.

30 Mei 2024 | 21.30 WIB

Ilustrasi menyusui. MomJunction
Perbesar
Ilustrasi menyusui. MomJunction

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Tubuh butuh kolesterol untuk membangun sel-sel sehat. Tapi kadar kolesterol yang tinggi, di atas ambang batas toleran 200 mg/dL, dapat meningkatkan risiko penyakit jantung. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Namun tidak demikian bagi bayi. Guru besar bidang ilmu gizi kesehatan masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Sandra Fikawati, mengatakan kadar kolesterol tinggi pada air susu ibu (ASI) berfungsi melindungi bayi dari risiko penyakit degeneratif.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

"Kalau ibu-ibu tidak memberikan ASI eksklusif enam bulan kepada anak, itu pengaruhnya bukan hanya enam bulan tapi berdampak terus sampai dia dewasa," kata Fikawati di Jakarta, Kamis, 30 Mei 2024.

Karena otomatis, ketika tidak diberi ASI tubuh anak selama enam bulan kehidupan pertama tidak pernah membentuk ketahanan terhadap kolesterol sehingga sampai dewasa tubuhnya terus rentan.

"Jadi bukan sekadar anak itu tumbuh, sudah enam bulan itu terlewat, selesai. Dia nanti sama dengan anak-anak lain, tidak seperti itu. Kemampuannya sudah berbeda dengan anak yang lain," paparnya.

ASI tinggi kolesterol
ASI diketahui mengandung lebih tinggi kolesterol dibanding susu biasa atau bahkan susu formula. Susu formula adalah susu sapi yang dibuat untuk mencukupi gizi manusia atau anak kurang dari 1 tahun. 

Jika memang anak telanjur melewati fase pemberian ASI eksklusif, Fika menganjurkan kepada ibu untuk meningkatkan pengawasan indeks massa tubuh anak agar tidak lebih dari  angka 25 agar anak tidak dikategorikan obesitas.

Ia mengajarkan cara menghitung indeks massa tubuh, yaitu berat badan dalam kilogram dibagi nilai kuadrat dari tinggi badan dalam meter. 

"Misalnya berat badan saya 55 kilogram dibagi 1,54 meter kuadrat (1,54 kali 1,54), berapa hasilnya nanti tidak boleh lebih dari 25. Kalau lebih dari 25 berarti itu obesitas," tandasnya.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus