Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Memahami Keseimbangan Tubuh dan Faktanya

Pernahkah Anda bertanya-tanya, kenapa ada orang yang lihai berjalan di atas tali? Semua berkaitan dengan keseimbangan tubuh. Berikut fakta uniknya.

29 Februari 2020 | 18.15 WIB

Aksi rollabolla, pertunjukan keseimbangan tubuh di atas pipa dalam rangkaian acara perayaan Imlek di Mal Kelapa Gading, Jakarta Utara, Sabtu, 18 Januari 2020. TEMPO | Bram Setiawan
Perbesar
Aksi rollabolla, pertunjukan keseimbangan tubuh di atas pipa dalam rangkaian acara perayaan Imlek di Mal Kelapa Gading, Jakarta Utara, Sabtu, 18 Januari 2020. TEMPO | Bram Setiawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Sebagian orang lincah berjalan dengan tangan. Ada pula yang bisa menyeberangi jembatan kecil atau seutas tali tanpa terjatuh. Dan semua itu berhubungan dengan keseimbangan tubuh.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Untuk bisa melakukan semua hal tak biasa itu, otak harus mendapatkan informasi dari berbagai sistem tubuh yang kompleks, yang harus bekerja sama untuk menciptakan keseimbangan. Sebenarnya, apa itu keseimbangan tubuh dan bagaimana kalau sudah tidak berfungsi dengan baik lagi? Berikut beberapa fakta aneh mengenai keseimbangan, seperti dilansir Live Science.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

1. Bagian dalam telinga berperan besar
Telinga bukan hanya penting untuk mendengar tapi juga membantu sistem keseimbangan. Beberapa struktur di dalam telinga, yang juga disebut sistem vestibular, mengirim sinyal ke otak yang membantu orang mengorientasikan diri dan menjaga keseimbangan. Menurut Mayo Clinic, dua struktur yang disebut utrikel dan sakul memonitor gerakan linear di kepala dan mendeteksi gravitasi. Ada pula struktur yang memonitor gerakan di kepala.

2. Otot, persendian, dan kulit juga berpengaruh
Penerima sensor di otot, persendian, ligamen, dan kulit membantu memberi tahu otak apakah tubuh berada pada tempatnya. Reseptor tersebut, yang terdapat pada ujung kaki dan punggung, sensitif terhadap tekanan atau sensasi peregangan. Reseptor di leher bisa memberi tahu otak ke arah mana kepala akan menoleh dan reseptor di mata kaki akan memberi tahu otak bagaimana tubuh akan bergerak terkait dengan pijakan.

3. Memburuk seiring pertambahan usia
Seiring dengan pertambahan usia, orang pun mengalami perubahan pada tiga sistem yang penting bagi keseimbangan, yakni penglihatan, sistem vestibular, dan propioception, serta diikuti dengan melemahnya fungsi otot dan fleksibilitas, dan itulah yang membuat lansia mudah terjatuh.

4. Jempol kaki tak berpengaruh
Banyak anak muda Amerika Serikat di masa lalu yang memotong jempol kaki agar tidak wajib masuk militer dengan alasan tak memenuhi syarat kesehatan dan dikirim ke Perang Vietnam. Padahal, sebenarnya jempol kaki tidak penting dalam keseimbangan. Orang yang kehilangan jempol kaki masih bisa berjalan dan berlari, meski lebih lambat dan langkahnya lebih pendek.

5. Merasa bergerak padahal tidak
Bila sedang berada di dalam mobil atau kereta yang berhenti, melihat ke luar jendela dan merasa mobil atau kereta kita bergerak, padahal tidak, berarti kita sedang mengalami fenomena yang disebut vection. Penyebabnya adalah sesuatu yang memenuhi pandangan kita bergerak. Vection sering menyebabkan kebingungan karena informasi yang diterima otak berbeda. Penglihatan menginformasikan pergerakan tapi penerima sensor di tubuh bilang kita tak bergerak.

6. Migrain mempengaruhi keseimbangan
Sekitar 40 persen penderita migrain juga mengalami kebingungan dan masalah keseimbangan. Kondisi ini disebut juga vertigo akibat migrain. Penyebabnya tak diketahui pasti, tapi disinyalir akibat pengiriman sinyal ke otak yang terpengaruh migrain dan menyebabkan penurunan kemampuan otak untuk mengartikan informasi dari mata, bagian dalam telinga, dan otot.

7. Merasa terombang-ambing setelah naik perahu
Ada orang yang masih terasa terombang-ambing selama berbulan-bulan setelah naik kapal atau perahu. Normalnya, perasaan itu akan hilang dalam beberapa jam atau hari setelah turun dari kapal, tapi ada juga yang merasakannya sampai berbulan-bulan. Gejala ini disebut sebagai sindrom mal de debarquement. Penyebabnya tak diketahui secara pasti, tapi diperkirakan akibat perubahan metabolisme otak dan aktivitas otak yang mampu membuat orang-orang itu mampu beradaptasi dengan gerakan laut saat berada di kapal tapi sulit beradaptasi ketika kembali ke darat.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus