Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Zinc atau seng merupakan salah satu sumber mineral yang baik untuk kesehatan tubuh. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dalam rilis "Suplemen Kesehatan untuk Memelihara Daya Tahan Tubuh" pun merekomendasikannya guna menghadapi pandemi Covid-19.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa seng bisa membentuk dan mengembangkan sel-sel yang bekerja dalam sistem imunitas tubuh. Uji klinik yang telah dilakukan juga membuktikan kemampuan seng untuk mengurangi gejala flu hingga penyebab kematian akibat infeksi saluran pernapasan bawah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Lalu, dari mana saja seng bisa didapatkan? Dua sumber utamanya ialah makanan dan suplemen. Untuk makanan, beberapa jenis seperti tiram, kepiting, hati ayam, daging sapi, kuning telur, hingga keju dapat menjadi pilihan. Takaran makanan juga wajib diperhatikan untuk mendapatkan manfaat seng dari makanan secara maksimal.
“Berdasarkan angka kecukupan gizi (AKG), seng sebaiknya dikonsumsi 11 mg/hari bagi laki-laki di atas usia 12 tahun dan 8 mg/hari buat perempuan di atas usia 18 tahun,” kata rilis yang diterima Tempo.co pada 8 Juni 2020.
Untuk suplemen, tentu bisa ditemui di toko obat maupun swalayan. Namun, perlu dipastikan agar selalu mengecek dengan KLIK (kemasan, label, izin edar dan kadaluarsa).
“Pastikan kemasan tidak rusak, baca informasi produk yang tertera pada label dengan cermat, pastikan memiliki nomor izin edar (NIE) dari BPOM dan produk tidak melebihi masa kadaluarsa,” tulisnya.
Suplemen seng juga memiliki batas penggunaan harian. Sebaiknya tidak melebihi batas 30 mg/hari sebab ada banyak masalah kesehatan yang justru timbul akibat konsumsi seng secara berlebihan.
Dampak pertama adalah keracunan akut maupun kronis. Ini adalah kondisi dimana seseorang akan merasa mual, muntah, kehilangan nafsu makan, kram perut, diare, dan sakit kepala. Kelebihan seng juga bisa mengganggu penyerapan tembaga (Cu) dalam usus.
Pada sebuah studi klinik jangka panjang, pasien HIV yang mengonsumsi seng secara berlebihan juga memiliki risiko kematian lebih tinggi.
“Mereka lebih cepat meninggal dibandingkan yang mendapat seng kurang dari 14,2 mg/hari,” tulis penelitian tersebut.