Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Penggunaan masker sangat diimbau saat ada wabah virus corona sebab virus yang juga dikenal dengan COVID-19 ini mudah menular lewat percikan air liur, ditambah, kasusnya pun telah dikonfirmasi ada di Indonesia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berbicara soal jenis masker, banyak orang memilih N95 lantaran bisa memberi proteksi penuh dari segala virus, termasuk virus corona, dan bakteri dengan partikel terkecil.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Proteksinya bisa sampai 98 persen,” kata dokter spesialis okupasi dan pengajar di Universitas Indonesia, Dewi Sumaryani Soemarko, dalam acara seminar awam COVID-19 di Jakarta pada Kamis, 5 Maret 2020.
Meski demikian, masker N95 tidak disarankan untuk digunakan sehari-hari oleh masyarakat. Ada dampak negatif yang bisa ditimbulkan jika tetap menggunakannya selama menjalankan aktivitas harian.
Menurut Dewi, yang pertama adalah sesak napas. Sesak napas bisa timbul lantaran masker N95 bisa menutup area hidung dan mulut dengan rapat. Akibatnya, jika digunakan terlalu lama orang akan merasa pengap.
“Idealnya hanya 15-20 menit. Tenaga kesehatan saja kalau pakai untuk menjenguk pasien, keluar ruangan langsung lepas masker karena pengap. Jadi tidak cocok untuk harian,” katanya.
Dampak lain berupa iritasi kulit. Dewi menjelaskan masker N95 memiliki kerekatan yang erat. Jika digunakan terlalu lama, ini akan membentuk wajah kemerahan. Ia pun mengimbau masyarakat menggunakan masker bedah saja.
“Kalau dibiarkan terus pakai N95, lama-lama luka dan iritasi. Itulah mengapa lebih disarankan pakai masker bedah untuk aktivitas harian karena nyaman dan juga efektif menyaring virus,” jelasnya.