Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Mitos ‘kalau belum kena kudis, belum jadi santri’ sudah menjadi tren di kalangan pesantren. Hal ini juga terjadi di Pesantren Cipasung, Tasikmalaya yang memilik 2.000 santri.
Baca: Ada Ruam Merah di Kulit dan Gatal, Awas Kudis
Menurut pengurus Pesantren Cipasung, KH. Ubaidillah Rukyah, para orang tua banyak yang khawatir dengan keadaan anaknya yang mengalami kudis. Pihak pesantren juga menganjurkan para santri melakukan perilaku hidup sehat.
Kudis atau bahasa medisnya scabies merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh serangga atau kutu. Biasanya akan menimbulkan rasa gatal pada kulit. “Tolong jangan ada lagi santri yang mengidap kudis, karena para santri ini merupakan generasi penerus bangsa. Jadi harus sehat dan cantik,” kata Menteri Kesehatan Nila Moeleok dalam kunjungannya ke Pesantren Cipasung, Tasikmalaya, Jawa Barat 27 Maret 2019 bertepatan dengan puncak peringatan Hari Tuberculosis Sedunia dalam keterangan pers yang diterima Tempo pada Kamis 28 Maret 2019.
Baca: Kudis Tak Cuma Serang Warga Miskin, Cek Pemicu dan Cara Mengatasi
Ketika terkena kudis segara kunjungi Pusat Kesehatan Pesantren untuk diobati. Selain itu peran serta pihak pesantren untuk mengawasi kebersihan santri dan edukasi perilaku hidup sehat secara berkala dari pemerintah daerah juga diperlukan agar para santri terbebas dari kudis. “Kebersihan adalah sebagian dari iman, maka dari itu para santri harus selalu menjaga kebersihan diri sendiri dan lingkungan pesantren, terutama di kamar asrama dan kamar mandi,” kata Nila Moeloek.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini