Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Banyuwangi - Ribuan warga dan wisatawan memadati acara Festival Tahu Tempe yang digelar di Kelurahan Pengantigan, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Jumat, 9 Februari 2018.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Festival yang pertama kali digelar itu menjadi tontotan baru bagi masyarakat ataupun wisatawan yang datang ke Banyuwangi untuk berlibur akhir pekan. Festival itu menampilkan tempe berukuran raksasa yang dinamai "mongkleng".
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tempe dengan ukuran panjang lima meter itu diarak sepanjang jalan sambil diiringi seni barong khas Suku Osing, masyarakat asli Banyuwangi. Dalam arak-arakan ini Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas ikut mengarak tempe "mongkleng".
Usai diarak, tempe raksasa itu dimasak lalu disantap bersama ribuan orang yang hadir. "Festival Tahu dan Tempe ini berangkat dari potensi warga setempat yang memproduksi tempe dan tahu sebagai sumber ekonomi. Lalu warga berkreasi dan pemerintah daerah mendorongnya menjadi festival unik dan meriah ini," ujar Anas.
Dia menjelaskan Festival Tahu dan Tempe digelar sebagai cara pemerintah membangun budaya masyarakat untuk menciptakan lingkungan yang sehat dan bersih.
Para produsen tahu dan tempe didorong melakukan proses pengolahan dengan higienis yang selaras dengan komitmen pemerintah Banyuwangi menjadikan kebersihan sebagai pilar pariwisata.
"Kalau kawasannya bersih dan punya potensi unik, pasti menghadirkan pengalaman berwisata menarik," ujar Anas. Wisatawan bisa menyaksikan langsung proses produksi tahu dan tempe dan beragam olahannya tanpa risih karena lingkungannya bersih. "Ini bisa kita lihat langsung, tempat produksi tempe yang katanya kotor ternyata di sini bersih dan rapih."
Di festival itu, beragam olahan tempe dan tahu disediakan bagi pengunjung seperti keripik tempe, peyek tempe, tempe mendoan, dan kerupuk tahu. Olahan tempe dan tahu yang unik juga hadir, seperti brownies tahu, cokelat tempe, serabi tempe, spageti tempe, stik tempe, cookies tempe, sate tempe, dan burger tempe.
Kawasan Pengantigan, Banyuwangi, memang dikenal sebagai pusat produksi tahu dan tempe sejak 1960-an. Sedikitnya ada 30 pengusaha tahu dan tempe di daerah itu.
Misalnya Indah Puji Rahayu. Wanita 45 tahun ini adalah pengusaha tahu tempe generasi kedua yang meneruskan usaha dari ayahnya.
Indah mengatakan produksinya terus berkembang. Dulu hanya memproduksi dua kuintal per hari, sekarang mencapai empat kuintal dan didistribusikan hingga Pulau Bali. Indah memperkerjakan 20 warga sekitar tempat usahanya.
"Saya senang sekali sentra produksi ini dibikinkan Festival Tahu Tempe, sehingga masyarakat luar semakin tahu potensi kampung kami. Kami juga berlomba-lomba meningkatkan kualitas produk serta higienitas produksi," kata Indah.
Festival Tahu Tempe berlangsung mulai Jumat, 9 Februari hingga Selasa, 13 Februari, pukul 15.00-22.00 WIB. Festival itu termasuk bagian dari 77 agenda wisata di Banyuwangi sepanjang 2018.
ANTARA
Artikel Lain: Misi Liburan: Berburu Kuliner Non-Mainstream