Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Pakar: Perhatikan Kuku dan Posisi Tubuh kala Pakai Oximeter

Ada beberapa hal yang penting diperhatikan saat menggunakan oximeter. Berikut penjelasan dokter.

5 Juli 2021 | 14.14 WIB

Ilustrator oximeter. Pixabay
Perbesar
Ilustrator oximeter. Pixabay

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh pasien COVID-19 tanpa gejala atau bergejala ringan. Saat mengukur saturasi oksigen menggunakan pulse oximeter selama menjalani isolasi mandiri di rumah, perhatikan mulai dari posisi tubuh hingga kuku jari agar pengukuran bisa menghasilkan angka yang akurat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Dari sisi frekuensi, spesialis jantung dan pembuluh darah dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), Vito Anggarino Damay, menyarankan pasien mengukur minimal sebanyak tiga kali.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

"Minimal tiga kali. Pagi siang malam tidak ada jam yang ketat," ujarnya.

Menurut Vito, saat mengukur sebaiknya posisikan tubuh dalam keadaan duduk dan kondisi pasien tenang atau rileks. Kondisi pilek yang biasanya dialami sebagian pasien COVID-19 tidak akan mempengaruhi saturasi oksigen.

Pengukuran saturasi oksigen dilakukan untuk mendeteksi bila terjadi hipoksia atau kondisi tubuhkekurangan oksigen yang bisa dialami pasien COVID-19. Mengutip laman WebMD, tanpa oksigen, organ-organ tubuh seperti otak, hati, dan lainnya bisa rusak hanya dalam beberapa menit usai gejala dimulai. Kondisi ini biasanya ditandai dengan perubahan warna kulit yang menjadi biru atau merah muda, pasien mengalami kebingungan, batuk, detak jantung cepat, napas cepat, bekeringat dingin, sesak napas, dan mengi.

Tetapi, tak semua pasien COVID-19 merasakan gejala atau keluhan ini. Padahal, kadar oksigen dalam darahnya sangat rendah. Ada kasus saat pasien merasa baik-baik saja padahal angka saturasi oksigennya di bawah rentang normal, yakni 95-100 persen, atau disebut happy hypoxia.

Di sisi lain, ada kondisi yang bisa mempengaruhi angka saturasi oksigen. Salah satunya gambaran pneumonia di paru-paru. Kondisi ini biasanya akan menurunkan angka saturasi oksigen. Oleh karena itu, sebelum pasien melakukan isolasi mandiri, sebaiknya lakukan dulu rontgen dada.

"Kalau normal tidak ada tanda pneumonia viral barulah isolasi mandiri. Lebih baik lagi kalau dokter yang memutuskan boleh isolasi mandiri," katanya.

Selain pneumonia, penggumpalan darah juga bisa mempengaruhi angka saturasi oksigen pasien. Kondisi ini terkadang bisa menyumbat di paru-paru dan lepas dengan sendirinya sehingga angka saturasi oksigen bisa naik turun. Untuk mengetahui ada tidaknya penggumpalan darah, pemeriksaan D-Dimer pun direkomendasikan dokter.

Kembali mengenai pengukuran oximeter, dalam kesempatan berbeda, spesialis penyakit dalam dan edukator hoaks COVID-19, RA Adaninggar, mengingatkan pasien agar memastikan kondisi kuku bersih dari cat kuku dan tidak panjang.

"Syaratnya tidak boleh pakai kuteks, bisa menghalangi sinar infrared-nya. Jadi, harus kuku yang bersih dan jangan terlalu panjang. Kalau terlalu panjang nanti enggak sampai. Jarinya boleh yang mana saja," tuturnya.

Kemudian, untuk memudahkan pengukuran saturasi oksigen mengggunakan oximeter, spesialis telinga, hidung, dan tenggorokan (THT) yang juga Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Keluarga India, Harsh Vardhan, melalui laman Twitter-nya memberi panduan yang bisa diikuti. Pasien sebaiknya beristirahat dulu selama 10-15 menit sebelum melakukan pengukuran.

Setelah itu, letakkan tangan di dada dan tahan selama beberapa waktu. Berikutnya, masukan jari tengah atau telunjuk ke dalam oximeter, tunggulah beberapa saat hingga pembacaan angka oximeter stabil. Kemudian, catatlah angka tertinggi yang muncul.

Lakukan pengukuran tiga kali sehari kecuali pasien merasa ada perubahan pada kesehatan. Segera berkonsultasi dengan tenaga medis bila terjadi sesak napas atau penurunan kadar oksigen hingga di bawah 95 persen dan berusahalah menjaga kondisi agar tak panik seraya mengikuti saran dari tenaga medis.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus