Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Pentingnya Pasien dengan Penyakit Bawaan Lapor ke Dokter Saat Minum Obat Herbal

Pasien tidak boleh malu atau takut lapor ke dokter tentang obat herbal yang sedang dikonsumsi selama perawatan penyakit bawaan. Ini alasan pentingnya.

2 Desember 2020 | 05.20 WIB

Ilustrasi jahe. Boldsky.com
Perbesar
Ilustrasi jahe. Boldsky.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI), dokter Inggrid Tania mengingatkan agar pasien melapor ke dokter bila mengkonsumsi obat herbal saat mengikuti masa perawatan untuk penyakit bawaan. Salah satu pasien yang wajib lapor kepada dokter soal adalah pasien dengan penyakit kardiovaskular. "Harus waspada. Bisa ada interaksi negatif antara obat herbal dan obat yang diberikan dokter. Makanya harus komunikasi dengan dokter," katanya pada peluncuran Herbatia Sari Imuno dan Herbatia Sari Oxyfit sebagai Imunostimulan dan Antioksidan Alami untuk Tetap Aktif di Tengah Pandemi oleh TIA Pharma Kamis 26 November 2020.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Inggrid mengatakan bahwa salah satu obat herbal, yang mengandung jahe berfungsi untuk mengencerkan darah. Pada pasien kardiovaskular, dokter pun memberikan obat untuk pengencer darah. Bila keduanya dikonsumsi tanpa pengawasan dokter, dosis pengenceran darah tidak bisa terdeteksi dan akibatnya pun bisa buruk.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Penyakit kardiovaskuler terjadi karena adanya gangguan pada jantung dan pembuluh darah. Penyakit jantung dan stroke merupakan dua penyakit kardiovaskuler yang paling banyak dikenal, namun ada juga penyakit kardiovaskuler yang lain seperti aritmia, penyakit jantung koroner, Deep vein thrombosis.

Konsultasi ke dokter pun penting dilakukan untuk memperhatikan efektivitas produk. Inggrid mengingatkan, jangan sampai seseorang mengkonsumsi suplemen herbal yang cara kerjanya berlawanan. Ia mencontohkan kasus obesitas. Seseorang berobat ke dokter gizi dan mendapat resep untuk tangani obesitas. Dokter pun memberikan obat penekan nafsu makan dan mengurangi penyerapan lemak. "Namun bisa saja, ternyata kita mengkonsumsi herbal yang niatnya tambah nafsu makan. Makanya butuh komunikasi dengan dokter soal semua suplemen yang dikonsumsi," katanya.

Contoh lain adalah obat herbal untuk pasien yang mengalami gangguan ginjal. Inggrid mengatakan tidak semua pasien gagal ginjal boleh mengkonsumsi obat herbal. "Tergantung dari gangguan fungsi ginjalnya," katanya.

Ada berbagai derajat gangguan ginjal. Beberapa herbal memang ada yang bisa memperbaiki masalah gagal ginjal itu. "Tetapi kalau sudah gagal ginjal yang bersifat irreversible maka harus ekstra hati-hati terhadap herbal yang dikonsumsi,” kata Inggrid.

Ada beberapa pasien yang kondisinya ternyata sudah mengalami gagal ginjal kronis atau akut hingga mungkin minum air putih pun bisa berbahaya kalau berlebihan. "Untuk itu, harus dilihat apakah obat herbalnya tersebut bisa membantu dalam memperbaiki fungsi ginjalnya atau tidak," kata Inggrid. "Kalau kondisinya sudah sangat akut dan tidak bisa kembali ke normal, obat herbal tidak boleh diberikan. Harus dilihat per kasusnya seperti apa,” ujar Inggrid.

Ia menekankan bahwa dalam mengonsumsi obat herbal, jika memang sudah memiliki kondisi kesehatan tertentu dan sudah mengonsumsi obat dokter sebelumnya harus dikonsultasikan dengan dokter yang bersangkutan.


close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus