Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Dokter Ungkap Ciri Fisik Perokok dan Efek Instan Merokok

Perokok punya ciri khas yang terlihat di sekitar mulut karena rokok memberikan efek kehitaman pada karang gigi, mulut, dan gusi.

3 Februari 2025 | 22.51 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi berhenti merokok. Shutterstock

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Praktisi kesehatan dr. Arifandi Sanjaya mengungkapkan tanda-tanda fisik yang bisa terlihat pada perokok, terutama rokok konvensional yang dibakar.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Karena dari tar dan karbon monoksidanya ini di gigi dan mulutnya itu cukup memberikan problem. Seperti mungkin ada bagian yang lebih sering terkena kanker, mungkin juga lebih sering sariawan kadang-kadang,” kata Arifandi dalam acara diskusi laporan Tobacco Harm Reduction di Jakarta, Senin, 3 Februari 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dokter dan kreator konten kesehatan di media sosial dengan akun @badassdoctor ini mengatakan rokok konvensional akan memberikan efek kehitaman pada karang gigi, mulut, dan gusi karena ada proses pemanasan yang langsung menempel pada organ sekitar mulut sehingga suhu panas mengubah warna asli bibir atau gigi.

Ia mengatakan jika dilihat pada penyakit dalam, maka paru-paru yang akan mendapatkan efek paling instan ketika merokok konvensional. Karena itu, ada alternatif rokok yang tidak dibakar dengan tujuan menghilangkan proses pembakaran agar tidak menghasilkan tar dan karbon monoksida, yang disebut tobacco harm reduction (THR).

“Perbedaan yang paling mendasarnya adalah suhu yang digunakan untuk melakukan proses tersebut. Saat kita mau membakar sesuatu dengan mendidihkan sesuatu, panasnya pasti lebih tinggi yang pembakaran. Pembakaran ini saat panasnya lebih tinggi, residunya jauh lebih banyak. Makanya kenapa kita bilang kalau vape ini adalah salah satu produk dari THR,” kata Arifandi.

Tetap berbahaya
Ia menjelaskan dalam produk turunan THR, ada proses pemanasan yang lebih rendah sehingga kandungan zat berbahayanya terhitung lebih ringan dengan pengurangan sebesar 98 persen dibandingkan rokok konvensional. Hasil uap yang dikeluarkan oleh produk THR juga masih bisa ditolerir oleh paru-paru karena bentuknya masih berupa air sehingga mekanisme tubuh masih bisa mengeluarkan zat tersebut dari sistem kekebalan tubuh.

Meski ada alternatif yang terbilang aman, kandungan nikotin dalam uap produk THR tetap berbahaya, termasuk pada perokok pasif yang ikut menghirup asap tersebut.

“Dan nikotin saat terkena pada anak balita itu tidak baik karena bisa mengganggu pertumbuhan dari otak dan dari tulang. Makanya walaupun kita bilang oke ini lebih rendah risiko, tetap ada etikanya untuk digunakan, tidak boleh sembarangan, dalam satu ruangan ada anak kecil, saya sangat tidak menyarankan,” jelas dokter di klinik pribadi di Bandung ini.

Ia mengatakan produk THR bisa menjadi cara untuk membantu mengurangi kecanduan merokok dengan juga mengurangi jumlah rokok dalam sehari. Jika menggunakan THR lebih nyaman bagi pasien maka pelan-pelan akan dikurangi frekuensi merokoknya hingga pasien bisa berhasil berhenti dari dua produk rokok tersebut.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus