Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Penyebab Balita di Kota Bisa Kena ISPA 9 kali dalam Setahun

Balita yang tinggal di perkotaan disebut bisa terkena ISPA 7-9 kali dalam setahun atau lebih banyak dibanding yang tinggal di desa.

13 Januari 2025 | 21.36 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi anak sakit. shutterstock.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Anggota Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) DKI Jakarta, Madeleine Ramdhani Jasin, menyebut balita yang tinggal di perkotaan bisa mengalami infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) 7-9 kali dalam setahun atau lebih banyak dibanding yang tinggal di pedesaan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Seorang balita bisa mengalami tujuh sampai sembilan kali episode ISPA per tahun dan lebih sering di perkotaan dibanding pedesaan, kenapa? Mungkin terkait polusi dan kepadatan penduduk," kata perwakilan IDAI Jakarta itu dalam diskusi daring "Kenali ISPA dan Pneumonia untuk Kita Cegah dan Obati" yang digelar Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Senin, 13 Januari 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ISPA disebabkan satu dari 23 mikroorganisme. Salah satunya Human Metapneumovirus (HMPV) yang masuk ke saluran pernapasan. Gejala yang dialami antara lain batuk dan pilek, bisa disertai demam yang berkelanjutan, sakit  tenggorokan, sulit bernapas, sakit kepala, dan lemas atau lelah. 

Pasien ISPA biasanya pulih kurang dari tujuh hari atau 14 hari melalui penanganan yang tepat. Terapi yang dapat diberikan yakni pemberian cairan dan nutrisi yang cukup, obat-obat sesuai gejala, dan antibiotik atau antivirus bila dibutuhkan. Namun, ada kondisi yang dikhawatirkan dari ISPA, yakni apabila infeksi berkembang menjadi pneumonia atau radang paru. Kondisi pneumonia dapat menyebabkan pasien sesak napas, bahkan butuh perawatan lebih lanjut di rumah sakit.

"Kalau pneumonianya ringan, kita identifikasi dari awal napasnya cepat tapi tidak ada tarikan dinding dada ke dalam. Kita bisa berikan antibiotik dulu selama tiga hari. Lalu nanti kita minta datang. Jadi, belum tentu dirawat," jelas Madeleine.

Kapan perlu dirawat?
Perawatan di rumah sakit dibutuhkan bila pasien mengalami sesak napas ditandai tarikan dinding dada ke dalam dan pasien lemas hingga kebiruan.

"Bahkan, anaknya sampe lemas banget atau biru. Itu berarti sudah berat. Kita harus rawat karena harus kasih obat melalui infus dan oksigen dan itu tentu perlu perawatan," paparnya.

sementara dalam menangani ISPA dan pneumonia, pencegahan adalah yang utama. Ketua Tim Kerja Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Kementerian Kesehatan dr. Nani Rizkiyati, mengingatkan tentang JaMU ASLi, akronim dari jauhkan balita dari penderita batuk, lakukan imunisasi dasar lengkap, berikan ASI eksklusif dan gizi seimbang, bersihkan lingkungan rumah, serta jauhkan balita dari asap rokok, asap lain, dan debu.

"Kita harus menghindari penularan dengan mencegahnya. Asap lainnya bisa di dalam rumah, bisa di luar rumah. Asap di luar rumah sisa karena bakar-bakar sampah, karena knalpot, bisa dari asap-asap yang lain," ujarnya.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta, total kasus ISPA akibat HPMV yang tercacat di wilayah Jakarta sejak 2023 hingga Januari 2025 yakni sebanyak 214 kasus dengan rincian 13 kasus pada 2023, 121 kasus pada 2024, dan 79 kasus pada 2025.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus