Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Penyebab dan Gejala Penyakit Frambusia

Frambusia merupakan bagian dari kelompok infeksi bakteri kronis yang umumnya dikenal sebagai treponematoses endemik.

9 April 2023 | 14.01 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi kulit gatal (Pixabay.com)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Frambusia merupakan bagian dari kelompok infeksi bakteri kronis yang umumnya dikenal sebagai treponematoses endemik. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri spiral dari genus Treponema, yang juga termasuk endemik sifilis (bejel) dan pinta.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Mengutip laman World Health Organization (WHO), penyakit ini sering ditemukan pada masyarakat miskin di kawasan hutan hangat, lembab dan tropis di Afrika, Asia, Amerika Latin dan Pasifik. Sebagian besar populasi yang terkena dampak tinggal di daerah pedesaan yang jauh dari layanan kesehatan. Kemiskinan, kondisi sosial ekonomi yang rendah dan kebersihan pribadi yang buruk memfasilitasi penyebaran frambusia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sekitar 75-80 persen orang yang terkena frambusia adalah anak-anak di bawah usia 15 tahun. Penularan terjadi melalui kontak orang ke orang dari luka ringan. Lesi awal frambusia penuh dengan bakteri. Sebagian besar lesi terjadi pada tungkai. Masa inkubasi adalah 9–90 hari dengan rata-rata 21 hari. Tanpa pengobatan, infeksi dapat menyebabkan kerusakan dan kecacatan kronis.

Frambusia awalnya muncul sebagai papiloma, yakni tumor mirip kutil yang dipenuhi bakteri. Tanpa pengobatan, papiloma akan memborok. Papilloma dan bisul sangat menular dan jika tidak diobati dapat dengan cepat menyebar ke orang lain.

Frambusia sekunder terjadi berminggu-minggu hingga berbulan-bulan setelah infeksi primer dan biasanya muncul dengan beberapa lesi kuning atau nyeri dan pembengkakan tulang panjang dan jari (daktilitis).

Mengutip Medscape, obat untuk frambusia adalah penisilin. Setelah injeksi penisilin tunggal, lesi awal menjadi tidak menular setelah 24 jam dan sembuh dalam 1-2 minggu. Tetrasiklin, eritromisin, atau doksisiklin bisa dipertimbangkan untuk pasien yang alergi terhadap penisilin.

Dalam satu penelitian pada anak-anak di Papua Nugini, azitromisin oral ditemukan sebagai alternatif digunakan untuk mengobati frambusia. Selain itu, penggunannya terbilang lebih sederhana, tidak memerlukan tenaga medis terlatih.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus