Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Mayo Clinic menyebut sederet manfaat madu, di antaranya antioksidan yang bisa menurunkan risiko penyakit kardiovaskular. Juga ada bukti madu bisa membantu masalah saluran pencernaan seperti diare. Madu juga efektif sebagai terapi oral rehidrasi karena penderita diare lebih mudah terhidrasi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Itu hanya sebagian khasiat madu. Lalu, bagaimana dengan madu jenis lain, khususnya manuka? Apa bedanya dengan madu biasa?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Cleveland Clinic menjelaskan madu manuka diproduksi di Selandia Baru atau Australia dari bunga tanaman sejenis tea tree yang disebut semak manuka. Madu jenis ini kemudian diklaim punya manfaat kesehatan unik karena mengandung zat aktif yang disebut methylglyoxal (MGO) yang punya efek antibakteri.
Apa bedanya dengan madu biasa?
Bedanya, madu manuka dibuat dari polen yang diambil dari satu jenis bunga saja (monofloral) sedangkan madu lain diambil dari berbagai jenis bunga (polifloral). Perbedaan ini juga berpengaruh pada konsentrasi MGO dan efek antibakterinya. Aspek lainnya sebagian besar sama.
Lalu, kenapa madu manuka begitu mahal?
Karena langka sebab hanya diproduksi di wilayah tertentu, Selandia Baru dan Australia. Kemudian, terkadang produksi jadi lebih mahal karena harus mendatangkan lebah ke wilayah ini dan bunga penghasilnya hanya berkembang 4-6 minggu setahun.
Belum lagi biaya pengiriman dari belahan Bumi Selatan itu ke berbagai negara yang jaraknya ribuan kilometer. Di Indonesia, harga madu jenis ini sekitar Rp 500 ribu untuk ukuran 500 gram.
Pilihan Editor: Alasan Bayi Tak Boleh Diberi Madu dan Risikonya