Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Ramai Tergoda Kosmetik Berbahaya

BPOM menjaring 1.541 kosmetik ilegal sepanjang tahun lalu. Sebagian mengandung bahan berbahaya. Konsumen tergoda harga murah.

13 Juli 2023 | 00.00 WIB

Kosmetik tidak sesuai ketentuan. Dok. TEMPO/Dian Triyuli Handoko
Perbesar
Kosmetik tidak sesuai ketentuan. Dok. TEMPO/Dian Triyuli Handoko

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Ringkasan Berita

  • Kosmetik ilegal marak beredar di marketplace dengan harga murah.

  • Kebanyakan berupa krim pemutih atau pencerah wajah.

  • Kandungan merkuri membuat wajah lebih putih dalam waktu singkat, tapi menyebarkan racun ke dalam kulit dan darah.

Christine Lumintang mengaku selalu berhati-hati saban memilih dan memakai produk perawatan kulit dan wajah, tapi tidak demikian dengan ibunya. Setahun belakangan, ibu Christine memakai krim muka yang banyak dijual di pasar yang, konon, dapat membuat wajah cerah. “Wajahnya jadi putih tidak wajar, padahal baru dipakai sebentar,” kata dia pada Selasa, 11 Juli 2023.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Christine sejak awal ragu akan produk tersebut karena murah dan menjanjikan hasil instan. Dugaan warga Manado itu terbukti. Dua pekan lalu, produk yang biasa dipakai ibu Christine terpampang di Instagram Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sebagai satu merek kosmetik berbahaya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Selama lima tahun terakhir, ada 436.037 produk kosmetik teregistrasi di BPOM. Namun banyak juga produk abal-abal tanpa izin yang beredar di pasaran.

BPOM menemukan 1.541 produk kosmetik ilegal sepanjang 2022. Lewat Instagram-nya, BPOM merilis 13 merek kosmetik yang mengandung bahan terlarang, seperti merkuri. Sebagian besar berupa krim wajah yang dikemas dalam pot kecil.   

Tempo mencoba mengetik nama merek-merek tersebut di kolom pencarian marketplace. Hasilnya, sejumlah produk masih tersedia untuk dibeli. Bahkan ada produk yang telah laku lebih dari 10 ribu pak di satu lapak.

Pembeli mungkin tidak menyadari efek sampingnya. Seperti yang pernah dialami Deysi Kanal. Sebelum mengenal merek skin care yang digunakannya sekarang, perempuan berusia 31 tahun itu kerap gonta-ganti krim kecantikan.

Ilustrasi kosmetik berbahan bahaya. PEXELS

Satu produk abal-abal sempat dia beli pada 2017 dan 2018. Saat itu, karena tergiur iklan di media sosial, ia membeli sepaket krim wajah yang terdiri atas krim siang dan malam seharga Rp 300 ribu. “Awal pakai merek itu, muka langsung cerah dan mulus,” kata Deysi.

Berbekal edukasi dari influencer di YouTube soal bahan kimia berbahaya di kosmetik, dia menghentikan penggunaan krim tersebut. “Untungnya belum dipakai dalam waktu lama,” ujarnya. Setelah lepas dari krim tersebut, ia langsung merasakan efek samping berupa iritasi kulit wajah dan jerawat.

Di tengah inovasi industri kosmetik, whitening cream atau krim pemutih masih menjadi primadona. Untuk menjadikan kulit kinclong, produsen memasukkan kandungan bahan yang dilarang dalam jumlah besar, seperti hidrokuinon dan merkuri.

I Gusti Nyoman Darmaputra, dokter spesialis kulit dan kelamin, mengatakan beberapa pengguna umumnya tergiur akan janji hasil instan. Merkuri yang ditemukan dalam kosmetik ilegal memang membuat wajah menjadi putih secara instan. 

“Jika bisa membuat wajah menjadi putih, kinclong, dan pori-pori hampir tidak terlihat hanya dalam dua minggu, kemungkinan produk itu mengandung merkuri,” kata dia kepada Tempo, Selasa lalu. Menurut dokter yang juga memiliki klinik kecantikan tersebut, krim buatan dokter terhebat pun belum ada yang dapat memberikan hasil demikian dalam waktu sesingkat itu.

Menurut Darma, merkuri memberi efek memutihkan kulit dengan cepat karena bahan kimia tersebut bisa merusak melanosit—sel yang berperan membentuk pigmen melanin yang membuat kulit berwarna gelap. 

Karena dampak tersebut, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) membatasi penggunaannya dalam krim wajah kurang dari 1 ppm (part per millions). “Sedangkan dalam produk kosmetik ilegal, dapat ditemukan kadar merkuri hingga lebih dari 10 ribu ppm,” ujar dosen Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Bali, ini.

Dampak yang biasa muncul dari penggunaan kosmetik berbahaya tersebut adalah kulit gatal; kemerahan pada wajah, telapak tangan, dan telapak kaki; ruam pada tangan; bintil berair; serta kerontokan rambut. Dalam beberapa kasus, muncul alergi pada kulit secara keseluruhan (systemic allergic dermatitis).

Ilustrasi wajah rusak akibat kosmetik berbahan bahaya. PEXELS

Darma mengatakan, dengan kondisi kulit yang berbeda-beda, dampak dari merkuri bisa saja tak langsung terlihat. Ada yang hingga setahun merasa tak ada masalah. Padahal, dia melanjutkan, penggunaan merkuri dalam jangka panjang juga berdampak pada darah dan organ tubuh. “Orang-orang kadang susah dikasih tahu,” ujarnya.

Pengguna kerap menerabas risiko kosmetik ilegal karena pertimbangan ekonomi. Darma mengatakan produk kosmetik berbahaya umumnya berharga murah karena merkuri mudah didapat. “Biasanya, yang mahal adalah proses packaging atau branding-nya,” kata dia. 

Menurut Darma, sulit untuk mengetahui kandungan merkuri dan bahan berbahaya lain, seperti hidrokuinon, di dalam krim wajah atau produk kosmetik lain dengan mata telanjang. “Perlu diuji di laboratorium,” ujarnya. 

Cara sederhana untuk mengenali legalitas produk adalah memeriksa kemasan, tanggal kedaluwarsa, dan nomor seri BPOM. Namun, Darma melanjutkan, sejumlah pembuat kosmetik ilegal mengakalinya dengan mendaftarkan produk mereka ke BPOM dengan sampel sonder merkuri. 

Wakil Ketua Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN), Mufti Mubarok, mengatakan BPOM telah menjalankan fungsi pemeriksaannya. "Pelindungan konsumen adalah tugas bersama," katanya.

BPOM membuka laporan pengaduan kosmetik berbahaya dalam situs webnya dengan mencantumkan kontak. “Perlu juga partisipasi masyarakat atau konsumen untuk ikut melaporkan,” kata Mufti. Dengan adanya laporan, masyarakat berkontribusi melindungi konsumen lain dari produk yang berbahaya.

Kandungan Berbahaya Itu

ILONA ESTERINA
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus