Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Selamat Datang Bagi Si Kuning

Vaksin penyakit kuning hepatitis b siap masuk ke indonesia. sasaran untuk petugas-petugas tertentu. mulai dilakukan di rstm jakarta. (ksh)

7 Januari 1984 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

LAMPU hijau diharapkan akan menyala untuk vaksin penyakit kuning hepatitis B (HB) masuk ke Indonesia Tahun Baru 1984 ini. Sebuah pabrik farmasi di Jakarta dan sebuah lagi di Bandung sedang memproses izin impor vaksin hepatitis B, masing-masing buatan AS dan Prancis. Sedangkan satu jenis lain lagi buatan Jepang mulai dicobakan di RSTM Jakarta mulai Januari ini. "Vaksinasi HB sudah dirasakan perlu walaupun mungkin masih terbatas pada kelompok elit," kata Direktur Jenderal POM Midian Sirait. Sebab, ia mendengar dari para ahli hepatitis bahwa ada petugas kesehatan telah melakukan vaksinasl terhadap penyakit hepatitis ini dengan biaya sekitar Rp 250.000. Ternyata, penyakit kuning ini memang mudah menulari para dokter dan petugas kesehatan. "Di RSTM, 90% dokter gigi dari bagian bedah mulut telah kena HB," kata konsultan gastroentcrologi dan hati RSTM, dr. Nurul Akbar. Penelitian terhadap petugas kesehatan di beberapa RS di Irian Jaya oleh Sanjaya, J. Widyaharsana, dan A. Wijaya, seperti dimuat di majalah kedokteran dan farmasi Medika Novembe 1983, telah menghasilkan kesimpulan "petugas kesehatan, baik yang sehari-hari berkontak langsung dengan penderita hepatutis maupun petugas kesehatan umum, bereluang terinfeksi virus HB empat kali lebih besar daripada mereka yang bekerja di luar bidang kesehatan . " Tetapi hepatitis B juga cukup banyak diidap masyarakat umum. Menurut penelitian Melani Wikanta, M. Ali Toha, Ngs. Aminuddin, Husin Basri, P. Irawan, dan Masri Rustam dari Palang Merah Indonesia, pukul rata 4,5% penduduk Indonesia pernah kena penyakit kuning ini. Karena itu, kepada para donor PMI biasanya dimintakan pengakuan belum pernah terkena, penyakit kuning, sebelum diambil darahnya. Ternyata, sumbangan darah para donor ada yang berkadar HBsAg hepatitis B surface antigen), yakni racun yang dikeluarkan virus HB. Pontianak, kota susah air itu, memegang rekor tertinggi 9,5%, disusul Padang dengan angka 7,9%. Ditinjau dari darah keturunan, ternyata donor PMI suku Ambon dan suku Banjar paling banyak berkadar HBsAg, masing-masing 8,8% dan 6,3%. "Vaksin itu perlu untuk masyarakat banyak. Tapi harganya melalui impor tidak resmi mencapai Rp 70.000 per ampul, sedangkan untuk vaksinasi perlu tiga kali setiap bulan. Total Rp 210.000 itu tak akan terjangkau masyarakat," kata apoteker sebuah perusahaan farmasi di Jakarta yang berniat mengimpor vaksin buatan AS, Merck Sharp and Dohme (MSD). Dengan impor resmi, apoteker perusahaan ini menjamin, harga bisa lebih murah dan keampuhannya yang peka terhadap cuaca itu bisa dijaga dengan teknik pengepakan dan penyimpanan yang lebih rapi. Midian Sirait menyatakan, tidak tertutup kemungkinan impor vaksin itu, tetapi la lebih mengharapkan produksinya dilakukan di Indonesia. Antara lain vaksin Pasteur (Prancis) sedang dijajaki hak produksinya di Indonesia oleh Biofarma Bandun. Dengan begitu, harganya akan lebih mudah dijangkau masyarakat umum. Vaksin yang akan dicoba di RSTM Jakarta adalah vaksin buatan Palang Hijau Osaka, Jepang. "Percobaan terbatas kepada petugas yang menghadapi resiko tinggi ditular virus HB lewat kontak langsung," kata dr. Nurul Akbar kepada Adyan Soeseno dari TEMPO. "Masyarakat umum Indonesia belum perlu vaksinasi HB secara mendesak seperti di negara tetangga ASEAN," kata dr. Sjaifoellah Noer, ahli hepatitis RSTM yang juga akan menjadi sasaran percobaan vaksinasi itu. Menurut organisasi kesehatan dunia, WHO, penyakit HB sangat merongrong kesehatan dan ekonoml negara-negara berkembang, terutama di Asia. Jumlah carrier(orang yang mengandung) virus HB di Singapura 8%, Pilipina, Muangthai, Hong Kong, dan Cina sekitar 10%. Pcrsentase terbesar adalah Taiwan, yakni 20%. Para pasien HB biasanya bekerja dengan semangat kendur, tapi tidak pernah mengeluh. Kebanyakan mereka baru ke dokter setelah racun HBsAg berupa kanker hati primer. Virus HB biasa bersarang di darah dan air liur. Karena itu, penularan mudah terjadi lewat ciuman, alat makan umum, transfusi dan cuci darah, dan juga lewat pengobatan tradisional Cina: jarum akupunktur. Penyakit HB memang juga dijuluki penyakit Cina karena banyak terdapat di negen itu-dan antara lain merenggut nyawa Bapak Pembaharu Cina, Dr. Sun Yat Sen. Dari darah penderita HB Cina Taiwan-lah Dr. Palmer Beasley dari Universitas Washington pertama kali menemukan vaksin HB tahun 1972. Serum darah penderita HB yang diambilnya dimasukkan dalam mesin yang berputar ribuan kali per menit. Dengan begitu, darah murni berada di atas, zat beracun yang lebih berat berada di bagian tengah dan virus berada di dasar. Dari kulit virus inilah kemudian dibuatkan vaksin HB itu. Setelah diadakan percobaan lama, baru sejak 1981 vaksin HB dikomersialkan. Harganya, ternyata, sulit dijangkau masyarakat umum, apalagi di negara-negara berkembang. Masyarakat koloni Inggris, Hong Kong, yang rata-rata berpenghasilan di atas Rp 2 juta per tahun, merasakan bahwa vaksinasi dengan vaksin MSD (sekitar Rp 100.000) atau vaksin Pasteur (sekitar Rp 30.000) masih terlalu mahal. Untuk itulah sejak tahun lalu. Universitas Hong Kong bekerja sama dengan Palang Merah Belanda untuk membuat vaksin lebih murah, sekitar Rp 20.000 per dosis lengkap. Desember lalu, pembuatan vaksin ini sempat menimbulkan perang pena yang memuncak d koran-koran Hong Kong, baik yang berbahasa Inggris maupun Mandarin. Ahli kimia Dr. Albert Cheung, misalnya, mempersoalkan kemungkinan serum Belanda itu bisa menimbulkan penyakit yang mengerikan: AIDS (acquired tmmune defaency syndrome, atau keruntuhan kekebalan tubuh). Yang lain mempersoalkan etik rencana percobaan vaksin itu pada 300 bayi yang baru dilahirkan dari ibu yang mengandung virus HB. Meskipun demikian, pihak Departemen Kesehatan Hong Kong dan para ahli lakultas Kedokteran Hong Kong membantah argumcn Dr. Cheung. Mereka menjamin bahan bakunya murni, bebas dari penyakit lain. Sebeb itu, sampai Desember lalu sudah tecatat 260 wanita yang bersedia melahirkan hayinya sebagai "kelinci percobaan" untuk divksinasi dengan serum Belanda itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus