Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Spesialis Saraf Jelaskan Beda Sakit Kepala dan Pusing

Sakit kepala dan pusing terlihat mirip namun sebenarnya tidak sama. Simak bedanya menurut dokter spesialis saraf.

6 Februari 2025 | 21.00 WIB

Ilustrasi sakit kepala di kantor. Shutterstock.com
Perbesar
Ilustrasi sakit kepala di kantor. Shutterstock.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Spesialis saraf Jeffry Foraldy Haryanto menjelaskan sakit kepala dan pusing terlihat mirip namun tidak sama. Menurut lulusan Universitas Sam Ratulangi Manado itu, yang perlu dibedakan adalah sensasi dari sakit yang dirasakan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

"Kadang sebenarnya dia itu pusing tapi ternyata sakit kepala. Ada yang sakit kepala tapi ternyata dia pusing. Jadi dua hal ini sebenarnya mirip tapi tidak sama. Kalau untuk sakit kepala dengan pusing itu yang perlu kita bedakan sensasinya," kata Jeffry.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Dokter di Rumah Sakit Hermina Bitung itu mengatakan pusing memiliki sensasi yang lebih ke perasaan, seperti merasakan berputar, sensasi tidak seimbang atau bergoyang. Sementara sakit kepala memiliki sensasi bermacam-macam tapi umumnya nyeri seperti berdenyut, ditekan, diremas, terikat, atau ditusuk-tusuk.

"Ada beberapa kondisi sakit kepala juga bisa disertai pusing, mual, muntah. Jadi, bisa saja beberapa gejala itu menjadi satu," jelas Jeffry.

Tiga tipe sakit kepala
Ia juga menjelaskan secara umum sakit kepala terbagi menjadi dua, yaitu sakit kepala primer dan sekunder. Sakit kepala primer tidak disebabkan penyakit lain sementara yang sekunder bisa disebabkan penyakit lain.

"Kalau sakit kepala primer hampir sebagian besar tidak berbahaya, tidak mengancam jiwa. Yang sekunder ini yang berbahaya," ujarnya.

Jeffry menjelaskan sakit kepala primer memiliki tiga tipe, yaitu sakit kepala tipe tegang atau tension, migrain atau sakit kepala sebelah, dan tipe yang cukup jarang sakit kepala klaster. Sementara sakit kepala sekunder bisa disebabkan penyakit lain dengan kondisi di antaranya di rongga mulut, gigi, tenggorokan, radang, infeksi telinga, daerah hidung seperti sinusitis, mata dengan glaukoma.

"Tapi kalau di dalam otak itu yang penyebabnya berbahaya. Bisa kayak tumor otak, pendarahan otak, stroke, penyumbatan, atau ada infeksi seperti meningitis," paparnya.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus