Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Tantangan Orang Indonesia Enggan Beli Kendaraan Listik

Salah satu tantangan utama yang dialami masyarakat soal menggunakan kendaran listrik adalah daya tahan baterai.

9 Desember 2024 | 03.03 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Direktur Sumber Daya Energi Mineral dan Pertambangan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Kementerian PPN/Bappenas) Nizhar Marizi (batik), dan Head of New Business Departement Hyundai Motor Asia Pacific Hendry Pratama (jas hitam) pada lokakarya bagi jurnalis yang digelar oleh Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) dan Korea Foundation, 10 Oktober 2024/FPCI

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Mengubah penggunaan kendaraan konvensional dengan mengadopsi kendaraan listrik masih menjadi tantangan di Indonesia. Direktur Sumber Daya Energi Mineral dan Pertambangan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Kementerian PPN/Bappenas) Nizhar Marizi mengatakan salah satu tantangan utama yang dialami masyarakat soal menggunakan kendaran listrik adalah karena baterai. "Masyarakat masih khawatir soal daya tahan baterai mobil listrik," katanya dalam lokakarya bagi jurnalis yang digelar oleh Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) dan Korea Foundation, awal Oktober 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nizhar mengingatkan bahwa pengguna mobil di Indonesia tidak hanya menggunakan mobil mereka untuk keperluan bekerja di tengah kota saja dan jarak dekat saja. Kendaraan pribadi masih banyak pula digunakan masyarakat untuk bertemu dengan sanak keluarga saat mudik lebaran. Sebagai contoh, sebuah hal umum bagi warga Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi menggunakan kendaraan bermotor mereka untuk dibawa pulang kampung ke Padang, Sumatera Barat atau bahkan liburan ke Bali.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tidak heran banyak diantara mereka masih khawatir bila mobil dibawa ke luar kota apakah mobil akan bertahan. Bagaimana pula daya tahan baterai serta ketersediaan pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU). Kita tahu saat ini jumlah SPKLU masih sangat terbatas. Belum lagi biasanya pengisian daya itu hanya tersedia di dalam kota saja.

Tantangan lain yang kerap dikeluhkan masyarakat adalah soal harga. Nizhar mengatakan masyarakat kerap menyayangkan masih tingginya harga kendaraan listrik. Pemerintah pun mencoba untuk menawarkan solusinya. Pemerintah pun memberikan insentif dan subsidi untuk mendorong permintaan kendaraan listrik di Indonesia. 

Menurut Nizhar dalam dua tahun terakhir, pemerintah sudah menawarkan subsidi ini kepada masyarakat yang ingin mengkonversi kendaran bermotor mereka menjadi kendaraan listrik. Sayang walau penawaran subsidi ini sudah berlaku dua tahun terkahir, namun peminatnya masih saja rendah. "Antusiasmenya tidak setinggi itu, paling hanya 30-40 persen aja dari target," katanya.

Pemerintah pun, kata Nizhar, sudah bekerja sama dengan para tokoh publik. Harapannya ketika masyarakat melihat para tokoh publik mengendarai mobil listrik, mereka akan tergerak untuk ikut menggunakannya juga."Manusia kan seing is beliving (melihat adalah mempercayainya) ya, jadi kalau lihat ada yang pakai duluan, baru mereka mau pakai," kata Nizhar. 

Nizhar menambahkan bahwa Agenda Konferensi Tingkat Tinggi G20 di Bali juga menjadi salah satu momen agar masyarakat melihat penggunaan mobil listrik oleh para tokoh publik. Saat itu, ada 962 unit kendaraan listrik yang didukung produsen Hyundai, Toyota, dan Wuling. 

Tantangan lain, kata Nizhar, yang membuat masyarakat Indonesia belum meilirik mobil listrik adalah karena masih banyak yang loyal untuk menggunakan kendaraan dari negara tertentu, seperti Jepang. "Berdasarkan survey, banyak konsumen yang masih menunggu EV dari Jepang," kata Nizhar. 

Masalahnya, saat ini mobil listrik dari Jepang, masih sedikit jumlahnya di Indonesia. Salah satu produksen asal Jepang yang sudah merilis mobil listriknya di Indonesia adalah Toyota. 

Head of New Business Departement Hyundai Motor Asia Pacific Hendry Pratama. ""Saat ini, kami adalah perusahaan swasta dan salah satu network (jaringan) EV charging station (stasiun pengisian daya) terbesar (di indonesia) setelah PLN," kata Hendry. Hingga Maret 2024, Hyundai telah memiliki 200 SPKLU yang tersebar di seluruh Indonesia. SPKLU ini tidak hanya bisa digunakan oleh mobil keluaran Hyundai, melainkan juga merek lain, berkat penggunaan standar CCS2 (Combined Charging System 2) yang umum digunakan.

Mitra Tarigan

Mitra Tarigan

Menulis gaya hidup urban untuk Koran Tempo dan Tempo.co

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus