Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Tak terasa, bahtera rumah tangga pasangan Desta dan Natasha Rizky telah berjalan delapan tahun. Sepanjang perjalanan itulah Desta merasa bersyukur bisa melaluinya dengan baik meski tak sedikit masalah yang hadir.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bagi Desta, yang sejak awal memang serius memilih Natasha sebagai pendamping hidup, pernikahan menjadi proses belajar dan komunikasi bersama. Jika kembali ke masa lalu, kali pertama ia bertemu Natasha Rizky dan jatuh cinta, masalah pun sudah dimulai.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Keseriusan Desta yang baru dua bulan dekat dengan Natasha tak langsung bisa mengantongi restu orang tua perempuan yang telah memberinya dua anak ini.
"Gue enggak ingin pacaran main-main, apalagi Chaca itu perempuan baik dan serius. Jadi enggak ada keinginan menunda-nunda menikah. Kami berpikir dengan menikah hidup akan menjadi lebih baik," ucap Desta.
Beruntung, pria 42 tahun ini memiliki Chaca yang punya karakter mau berjuang buat mencapai kebahagiaan. Mereka tanpa henti terus meyakinkan bahwa keduanya bisa bahagia meski Chaca dinilai terlalu muda menikah, meski beda usia 16 tahun.
"Sampai gue ajak orang tua dan seiring waktu akhirnya keluarga mereka luluh. Gue yakinkan ke mereka kalau gue serius dan mikirnya kalau nikah hidup akan lebih baik. Ibu gue juga ngasih semangat buat mendapatkan Chaca. Kata ibu gue Chaca layak diperjuangkan," kenang Desta sambil melirik istri tercinta.
Tantangan jelang pernikahan telah mereka lalui dengan baik, saat ini mereka masih terus belajar menjalani pernikahan dengan segala dinamikanya.
"Makin ke sini gue lihat Cacha makin dewasa, sevisi sama hidup gue mengayomi, melayani, dan menyayangi, juga bisa bikin gue merasa nyaman sampai sekarang. Dan gue sangat happy dengan proses yang sekarang gue jalani," ucapnya merayu Chaca.
Desta mengaku tak punya tips khusus menjalani pernikahan. Namun, baginya kunci kebersamaan ialah komunikasi, lebih terbiasa untuk saling terbuka. Terlebih mereka berdua beda suku, butuh banyak komunikasi agar tidak salah paham.
"Aku tipikal orang yang ngomong halus sementara keluarga Chaca lebih tinggi intonasinya, awalnya nyangka ngotot padahal memang gitu intonasinya," ujarnya tertawa.