Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Tren modifikasi mobil diecast berkembang sejak 2016.
Diecast tipe mobil fantasi banyak dimodifikasi dengan tambahan karakter dan figur tokoh film populer.
Customizer asal Indonesia kebanjiran pesanan dari kolektor diecast luar negeri.
HOBI mengoleksi mainan replika mobil mini berbahan baku logam atau diecast masih bertahan sejak lahir pada 1940-an. Tren ini terus memiliki penggemar setia dan generasi baru yang rela memburu sejumlah seri atau jenis mainan berskala 1 : 64 atau berukuran 7,6 sentimeter itu. Penggemarnya pun mulai membidik produk turunan tak resmi dari mobil mainan tersebut, yaitu hasil modifikasi atau custom dari sejumlah customizer—sebutan bagi para kreator desain diecast.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Doddy Oktavian, 40 tahun, customizer asal Sragen, Jawa Tengah, mengaku mulai kewalahan memenuhi permintaan para kolektor dan pehobi mainan diecast. Pamornya melejit setelah karyanya berhasil menang dalam sejumlah kejuaraan custom mobil diecast dan viral di media sosial. Salah satunya desain modifikasi tiga replika jenis mobil fantasi (fantasy car) buatan Hot Wheels tipe Duck N Roll menjadi ikon pusaka Indonesia, yaitu burung garuda, leak Bali, dan reog Ponorogo, pada pertengahan 2020.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Saat ini yang antre minta modifikasi ada 15 orang. Salah satunya order 50 mobil modifikasi Duck N Roll. Lainnya memesan lima-tujuh mobil dari berbagai jenis tipe diecast," kata Doddy, Rabu, 27 Juli lalu.
Doddy mengungkapkan, awalnya dia hanya kolektor yang mengumpulkan lebih dari seribu mobil mainan diecast sejak 2007. Dia membeli mobil mainan itu rata-rata senilai Rp 50 ribu per unit. Mayoritas koleksinya adalah replika mobil mini tipe Japanese domestic market atau JDM seperti Nissan Skyline, Honda Civic, Datsun, dan Subaru.
Kolektor Diecast Andrew Chou menunjukkan koleksinya di kediamannya, Jakarta Barat, 27 Juli 2022. TEMPO/M Taufan Rengganis
Ide modifikasi justru lahir setelah ia melihat tren tersebut di kalangan kolektor luar negeri melalui media sosial pada 2014. Doddy pun langsung menggeluti teknik modifikasi diecast jenis mobil fantasi atau replika mobil yang berasal dari imajinasi atau karakter dalam film kartun, pahlawan super, dan fiksi ilmiah. Dia enggan mendalami modifikasi diecast jenis real car atau replika yang terinspirasi model mobil yang diproduksi di masyarakat.
"Modifikasi mobil fantasi juga bisa sangat luas hasilnya. Kalau real car, hasilnya ya sama saja dengan modifikasi seseorang pada mobil pribadinya pada ukuran nyata," ujarnya.
Meski begitu, Doddy menambahkan, sejumlah karya awalnya kurang diminati kolektor dan pehobi. Saat itu mayoritas desain modifikasinya mengambil tema horor dan kelam. Dia terinspirasi desain mobil yang digunakan dalam film asal Australia, Mad Max: Fury Road (2015). Salah satu karya perdananya adalah custom mobil Bone Shaker menjadi kendaraan yang dikemudikan sebuah tengkorak, lengkap dengan ornamen peti mati, mesin telanjang, dan rantai berkarat.
Dia biasanya menggunakan kayu dan besi bekas sebagai bahan dasar pembuatan ornamen. Sedangkan boneka karakter atau figur pada desain diecast dibuat menggunakan lilin. Beberapa karyanya menyabet gelar juara pertama lomba modifikasi mobil fantasi yang digelar komunitas customizer All Out Custom Indonesia pada 2018.
Eko Setiawan, kreator modifikasi sejumlah merk mobil mainan atau diecast. Dok. Pribadi.
Belakangan, Doddy melanjutkan, desain custom mulai mengikuti selera pasar atau penikmat diecast pada umumnya. Dia mulai membuat mobil fantasi modifikasi yang dilengkapi karakter dari film populer, seperti Joker, Batman, Deadpool, Hulk, Iron Man, Thor, dan Freddy Krueger. Karyanya ini mendapat apresiasi dan respons positif. Doddy menyebutkan akun media sosialnya bisa menerima ratusan direct message atau pesan langsung setiap kali dia selesai mengunggah foto karya terbaru. Dia biasa menampilkan karyanya di akun Instagram dan Facebook dengan nama Rebel Colony.
"Dalam dua atau tiga jam biasanya langsung banyak yang pesan," kata lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, Jawa Tengah, tersebut.
Doddy mengatakan butuh waktu tujuh-sepuluh hari untuk memodifikasi mobil diecast secara sederhana dengan biaya jasa Rp 800 ribu per unit. Namun dia bisa menghabiskan waktu hingga tiga pekan untuk menyelesaikan modifikasi berkualitas kejuaraan yang lengkap dengan diorama. Biasanya dia membanderol biaya modifikasi karyanya itu sekitar Rp 3,5 juta per set.
Modifikasi mobil fantasi ala Doddy juga sering menarik perhatian kolektor dari luar negeri. Dia meraih juara kedua dalam lomba King of Custom Hells Dept 2020 di Jepang. Dalam kompetisi tersebut, dia berhasil merancang desain dengan bahan dasar mobil Purple Passion dari Mercury 1949.
Kolektor Diecast FX Sapto Kurniawan menunjukkan koleksinya di kediamannya, BSD CIty, Tangerang Selatan, 27 Juli 2022. TEMPO/M Taufan Rengganis
Eko Setiawan, 33 tahun, customizer asal Bekasi, Jawa Barat, mengaku memiliki puluhan klien dari luar negeri. Dia mengungkapkan, bahkan ada lebih dari 50 mainan diecast modifikasi karyanya yang tersebar di kalangan kolektor di Malaysia, Filipina, Brunei Darussalam, Cina, Eropa, dan Amerika Serikat. Padahal dia baru mulai menekuni dan membuka jasa modifikasi pada 2017.
Berbeda dengan Doddy Oktavian, mantan pekerja konstruksi ini menggeluti jasa perakitan ulang mainan diecast jenis real car. Dia memulai kariernya dengan memodifikasi replika mobil Chevrolet Impala 1964 dengan melakukan pewarnaan ulang, menambahkan detail lampu, dan menggunakan ban karet. Tarif modifikasi versi sederhana ini biasanya hanya dibanderol sekitar Rp 300 ribu per unit. "Saya memakai cat mobil asli. Jadi harganya memang mahal," ucap Eko.
Biaya modifikasi langsung membengkak jika desain mencakup penambahan ornamen dan perubahan bentuk badan mobil. Biasanya ia menggunakan resin atau dempul untuk menambahkan ornamen. Eko mematok harga Rp 1-4 juta untuk pemesanan desain ini di dalam dan luar negeri.
Eko menuturkan, banyak kliennya memesan modifikasi mobil diecast sesuai dengan mobil pribadi mereka. "Ada klien bule memesan custom mobil Ford Mustang yang mirip dengan milik kekasihnya. Jadi dia mengirimkan foto mobilnya, saya kemudian mencoba membuat semirip mungkin," ujarnya.
Muhammad Anan Syahroni, 28 tahun, kreator modifikasi mainan diecast asal Yogyakarta, juga kebanjiran minat koleksi model rekaan tersebut. Dia menerangkan, para kolektor lokal biasanya meminta modifikasi mobil tipe JDM yang sudah familier. Kliennya lebih sering meminta modifikasi berupa pengecatan ulang, penambahan detail pada badan mobil, penambahan lampu, dan penggantian ban menjadi berbahan karet. Dia mematok biaya jasa ini Rp 200-300 ribu per mobil.
Syahroni juga menawarkan jasa modifikasi yang lebih rumit dan detail. Dia bisa membuat kap atau bagasi belakang sebuah mainan diecast terbuka, seperti mobil nyata. Dia juga bisa mengubah mobil tipe coupe hingga memiliki lebih dari dua pintu. Desainnya memiliki ciri penambahan detail replika mesin pada bagian dalam kap mobil. Dia pun mampu membuat interior mobil, dari dashboard, setir, hingga kursi, lebih detail.
Pada bagian badan mobil, Syahroni biasanya menggunakan campuran resin putih, resin merah, dan bedak untuk menambahkan bentuk. Sedangkan beberapa benda interior dan eksterior mobil berasal dari toko onderdil diecast atau rakitan manual menggunakan bahan sederhana. Salah satu desain yang sedang ia kerjakan adalah modifikasi Honda Odyssey diecast yang memiliki bagasi terbuka, bumper depan dan belakang yang lebih lebar, serta roof rack tambahan. "Kalau modifikasi yang lengkap bisa Rp 900 ribu-1,6 juta per mobil," tuturnya.
•••
BUKAN hanya kreator modifikasi mobil diecast yang kian banyak muncul. Hobi mainan replika mobil berbahan logam ini juga terus memiliki penggemar baru. Hobi koleksi mobil diecast memang memiliki pasar dari berbagai kalangan kelompok usia, pendidikan, pekerjaan, dan ekonomi. Sejumlah tokoh dan pesohor juga tercatat menjadi kolektornya.
Andrew Chau, 36 tahun, salah satu yang mulai meminati mobil diecast modifikasi. Minatnya mengoleksi mainan replika kendaraan tersebut tumbuh setelah dia meninggalkan koleksi mainan Lego-nya pada 2016. Dia kemudian mulai menaruh minat pada koleksi custom saat memesan karya modifikasi miniatur London Bus dua tingkat berwarna merah buatan perusahaan mainan Jepang, Takara Tomy atau Tomica. "Jadi bus Liverpool (klub sepak bola Inggris) warna hitam. Harganya Rp 350-400 ribu," ujar warga Cengkareng, Jakarta Barat, ini.
Jenis mobil fantasi karya Doddy Oktavian. Dok Pribadi
Hingga saat ini, Andrew mengaku memiliki sekitar 20 diecast modifikasi dari sejumlah tipe mobil dan merek mainan. Sebagian besar koleksinya itu memakai bahan dasar mobil mainan bikinan perusahaan Amerika Serikat, Mattel Inc, yaitu Hot Wheels dan Matchbox. Sedangkan tipe kendaraan yang mengalami perubahan desain antara lain Ford Hot Road 1932 atau 32 Ford, Morris Mini Minor, Chevy Bel Air Gasser, dan Chevrolet Camaro 1967.
Menurut Andrew, para customizer mematok biaya modifikasi beragam, dari Rp 250 ribu hingga Rp 500 ribu per unit. Meski demikian, dia mengimbuhkan, para kreator bisa mematok harga lebih tinggi hingga jutaan rupiah jika permintaan modifikasi meliputi perubahan bentuk badan, penambahan aksesori, dan pendetailan interior mobil. Padahal harga retail setiap mobil mainan tersebut di bawah Rp 50 ribu per unit.
"Saya kurang suka kalau custom sampai mengganti bentuk. Saya biasanya hanya minta pengecatan ulang dan detail, seperti menambah stiker," ucapnya.
Andrew saat ini memiliki lebih dari 500 mobil diecast dari sejumlah brand yang nilainya menembus ratusan juta rupiah. Sebagai kolektor, dia secara khusus mengumpulkan lebih dari 70 replika mobil Ford Hot Rod 1932. Pada salah satu dinding rumahnya, dia bahkan memasang sebuah rak kayu berisi 120 slot dengan penutup akrilik. Di dalamnya terdapat koleksi diecast yang terdiri atas Ford 32, Ford 32 Coupe, Ford 32 Sedan Delivery, dan Ford 40's Woodie.
Dia mengatakan cukup sulit melengkapi seri Ford 32 yang sebagian besar diproduksi Mattel Inc pada 1980-1990. Jarang ada kolektor yang mau menjual replika mobil tua buatan Amerika Serikat tersebut. Jikapun ada, harganya dibanderol hingga berpuluh kali lipat harga asli. Salah satunya seri Newsletter Ford 32 yang dirilis pada perayaan Annual Mattel di pertengahan 2000-an.
Andrew sempat merogoh kantong cukup dalam saat mengejar kegemarannya terhadap diecast mobil Ford 32. Dia membeli salah satu edisi terbatas Ford 32 berwarna emas yang dirilis pada perhelatan Indonesia Diecast Expo, April 2021.
"Harganya Rp 750 ribu. Seri Red Line Club yang hanya bisa dibeli anggota. Jumlahnya terbatas," kata pemilik lokapasar mobil diecast Tesla Reborn yang beromzet Rp 100 juta per bulan ini.
Lain lagi cerita F.X. Sapto Kurniawan, 36 tahun, kolektor ribuan mainan diecast bernilai ratusan juta rupiah. Saat ini Sapto memiliki dua diecast modifikasi jenis mobil fantasi. Dia memesan replika Batmobile Tooned yang dirancang menjadi mobil dengan tambahan boneka karakter tokoh villain, Joker. Koleksi lain adalah modifikasi replika Morris Mini-Minor menjadi mobil bergambar hewan Pokemon, Pikachu, dengan boneka figur Pokeball di bagian atap. Masing-masing dibeli dengan harga Rp 300 ribu dan Rp 700 ribu.
Selain itu, dia memiliki lebih dari 50 mobil modifikasi tipe real car yang memakan biaya Rp 350-500 ribu per unit. Sebagian besar mainan tersebut memakai bahan dasar mobil Nissan Skyline, Datsun Wagon, Morris Mini-Minor, dan Willys Coupe 1941. Salah satunya diecast Nissan Skyline R34 berwarna hijau yang diwarnai ulang dengan desain tema film kartun asal Jepang, Dragon Ball. "Saya ingin saja melihat mobil tipe tertentu kalau didesain dengan tema atau warna yang tak resmi dari pabrik," ujarnya.
Sapto memiliki koleksi replika mobil yang hampir memenuhi sejumlah ruangan di rumah dua lantainya di Bumi Serpong Damai, Tangerang Selatan, Banten. Kolektor yang mulai menjalani hobinya sepuluh tahun lalu ini telah mengumpulkan beberapa tipe mobil mainan dari berbagai merek. Selain mengumpulkan mobil Hot Wheels, dia memiliki koleksi Matchbox, Majorette, Maisto, Tomica, Mini GT, Greenlight, Tarmac Works, M2 Machines, Inno64, Johnny Lightning, Cararama, Jada, Kinsmart, dan RMZ City.
Awalnya, Sapto menyukai mobil diecast yang berwarna putih. Koleksinya itu sangat banyak dan membuatnya jenuh karena hampir setiap produk terbaru diecast memiliki seri warna putih. Dia lantas mengumpulkan seri diecast Ford Coupe 1940 yang ikonik dalam film The Godfather. Secara bersamaan, dia mengumpulkan semua seri mobil Volkswagen Kool Kombi dan Nissan Datsun.
"Ketika hampir lengkap, terus bingung mau apa lagi. Mobil custom ini jadi alternatif. Apalagi bisa membuat mobil yang memang ada di pikiran," kata Sapto.
Direktur Utama PT Garuda Indonesia Irfan Setiaputra berbeda lagi. Irfan adalah kolektor yang berfokus mengumpulkan seri replika mobil Mercedes-Benz. Dia mengungkapkan, seluruh koleksinya adalah daftar seri mobil Mercy yang belum pernah ia miliki dalam ukuran nyata.
Irfan menuturkan, belasan mobil koleksinya itu dikumpulkan dalam 10 tahun. Dia mendapatkannya dengan membeli di toko suvenir Mercedes-Benz, lokapasar, dan pemberian kerabat. Salah satu koleksinya yang paling mahal adalah diecast yang dibeli langsung di Jerman dengan harga 30 euro atau sekitar Rp 500 ribu.
Kini dia memajang semua miniatur mobil Mercy tersebut di kantornya. Dia enggan meletakkannya di rumah karena rentan rusak akibat kegiatan keluarga, terutama anak dan cucunya.
Selain itu, koleksinya ini kerap menjadi pembuka dan pengalih pembicaraan saat ada klien yang datang. Menurut dia, pembahasan mobil mainan diecast Mercy bisa mencairkan proses negosiasi. "Kalau secara pribadi, saya senang melihatnya. Karena kebanyakan mobil diecast ini Mercy seri tua,” ucap Irfan.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo