Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Usia Harapan Hidup Orang Indonesia Naik, Nasib Generasi Sandwich

Panjangnya usia seseorang membuat generasi setelahnya menanggung beban dua generasi, yakni orang tua dan anak. Merekalah generasi sandwich.

1 Juli 2018 | 15.50 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi wanita tersenyum pada orang tua atau lansia di panti jompo. shutterstock.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Usia harapan hidup orang Indonesia mengalami peningkatan sejak tahun 1990, yaitu delapan tahun lebih lama dan menurunnya beban penyakit menular seperti diare dan TBC. Usia harapan hidup orang Indonesia pada 2016 mencapai 71,7 tahun, lebih lama dibandingkan tahun 1990 yaitu 63,6 tahun.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca: Agar Terhindar dari Generasi Sandwich, Ini Kuncinya

Peningkatan usia harapan hidup ini sebagian besar disebabkan keberhasilan Indonesia menanggulangi penyakit menular, penyakit terkait kehamilan, neonatal, dan penyakit terkait gizi. Namun panjangnya usia seseorang membuat generasi setelahnya menanggung beban dua generasi, yakni orang tua dan anak. Merekalah yang disebut generasi sandwich.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Singkat kata, generasi sandwich diisi oleh orang yang mengurus orang tua dan anak sekaligus. Kondisi ini tentu membawa tanggung jawab yang besar mulai dari psikis hingga finansial. Psikolog Kasandra Putranto mengatakan beban yang dimiliki oleh generasi sandwich berbeda antara yang satu dengan lainnya. Salah satunya bisa diukur dengan melihat kondisi orang tua yang diurus oleh generasi sandwich tadi.

Kalau generasi sandwich ini dialami oleh perempuan, maka mereka juga harus mengurus suami dan anak yang masih kecil. Hal ini sudah dipastikan akan menambah beban psikis mereka. "Beban tersebut akan bertambah jika orang tua menderita masalah kesehatan dan membutuhkan perawatan intensif," kata Kasandra Putranto.

Ilustrasi lansia bersama cucunya. shutterstock.com

Kebanyakan generasi sandwich ini masih status sebagai pekerja. Dengan begitu, dia tidak punya banyak waktu untuk mengurusi semuanya sekaligus. Hal ini kemudian akan berujung pada sebuah tekanan psikologis yang sangat besar. Selain itu, pengeluaran finansial dapat menjadi sumber tekanan buat generasi sandwich. Mereka wajib menanggung biaya kebutuhan dan pendidikan anak, serta perawatan bagi lansia sekaligus. "Ini bisa memicu gangguan seperti depresi dan kecemasan jika generasi sandwich tidak mampu mengatasi stress yang dia alami," kata Kasandra.

Dengan kondisi ini, World Health Organization atau WHO mengubah rentang usia produktif mulai 21 sampai 65 tahun. Dengan begitu, orang lanjut usia adalah mereka yang masuk kategori di atas 65 tahun, dan diharapkan masih memiliki kesehatan fisik, mental, dan produktivitas baik. "Jika lansia dapat berdaya, produktif dan sehat fisik mental, artinya beban mengurus mereka juga menjadi lebih kecil atau tidak membebani orang lain," kata Kasandra Putranto.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus