Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Cabai merupakan tambahan bumbu masakan untuk memberi rasa pedas. Peringkat rasa pedas cabai bisa diamati melalui Scoville Heat Units (SHU). Mengutip Gardening Know How, rasa pedas cabai diukur dari indeks Scoville, dari nol hingga 2 juta. Makin besar angkanya, maka rasa cabai sangat pedas.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kepedasan cabai dipengaruhi lingkungan dan varietasnya. Efek panas yang timbul dari rasa cabai dipengaruhi senyawa pedas (capsaicin), yang juga melindungi dari jamur pembusuk.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mengutip Smithsonian Magazine, peneliti tanaman David Haak mempelajari capsicum chacoense, spesies cabai liar yang tumbuh di Bolivia. Tim peneliti menemukan, bahwa di bagian lahan paling basah, hanya cabai pedas yang tumbuh. Adapun di lahan yang kering hanya sekitar 15 persen hingga 20 persen cabai pedas.
Peneliti mengumpulkan jenis cabai yang mengandung rasa pedas dari tiga lokasi yang terdapat curah hujan. Benihnya ditanam di tempat berbeda, tapi diberi kecukupan air meniru tanah asalnya yang basah.
Benih cabai yang sama juga ditanam, tapi tidak kecukupan air supaya tanahnya kering. Walhasil, penelitian itu mengungkap, bahwa rasa cabai sangat pedas ketika tanahnya sering basah dan cukup terkena sinar matahari. Sedangkan cabai yang kurang pedas karena keadaan tanah yang kering, sehingga tidak tepat untuk varietasnya.
Jika tanah basah misalnya ditanam paprika, maka buahnya bisa menjadi terlalu besar dan selaputnya lunak. Itu mempengaruhi kemunculan rasa pedas, walaupun sangat kecil.
Cabai di tanah yang kering tidak akan sepenuhnya pedas, karena tanaman kehilangan banyak air. Hal itu mempengaruhi jumlah biji yang tidak akan banyak, maka cabai tak terlalu pedas.
HENDRIK KHOIRUL MUHID