Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

hiburan

3 Tahun Absen, Ribuan Masyarakat Kembali Padati Keraton Yogyakarta Ikut Tradisi Mubeng Beteng

Prosesi mubeng beteng diawali dengan pembacaan tembang-tembang Macapat dan doa bersama di area Keben Keraton hingga pukul 00.00 WIB.

20 Juli 2023 | 00.45 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Yogyakarta - Ribuan masyarakat tampak memadati area Kagungan Dalem Bangsal Pancaniti atau Kompleks Kamandungan Lor (Keben) Keraton Yogyakarta Rabu malam, 19 Juli 2023. Para warga itu bergabung bersama para abdi dalem Keraton Yogyakarta mengikuti tradisi Lampah Budaya Mubeng Benteng atau berkeliling beteng Keraton peringatan Malam 1 Suro.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pantauan Tempo, masyarakat itu berdatangan sejak pukul 21.30 WIB. Mereka tampak antusias tradisi yang sempat absen selama tiga tahun akibat pandemi Covid-19 itu kembali digelar.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Prosesi mubeng beteng diawali dengan pembacaan tembang-tembang Macapat dan doa bersama di area Keben Keraton hingga pukul 00.00 WIB. Prosesi itu lalu dilanjutkan dengan prosesi jalan bersama sembari membisu mengitari Keraton Yogyakarta mulai pukul 00.05 WIB, Kamis, 20 Juli 2023.

Rute Mubeng Beteng Keraton Yogyakarta

Abdi dalem dan ribuan masyarakat mengikuti tradisi Mubeng Beteng Keraton Yogya dalam peringatan Malam 1 Suro Rabu petang 19 Juli 2023. Tempo/Pribadi Wicaksono

Rute Mubeng Beteng dari Keben Keraton menuju arah barat atau Jalan Rotowijayan-Jalan Kauman-Jalan KH Agus Salim-Jalan Wahid Hasyim-Jalan MT Haryono- Jalan Brigjen Katamso-Jalan Ibu Ruswo-Alun-Alun Utara dan kembali lagi ke Keraton.

"Tahun ini tradisi Mubeng Beteng akhirnya bisa digelar terbuka bersama masyarakat lagi setelah mendapat izin dari Ngarso Dalem (Raja Keraton Sri Sultan Hamengku Buwono X)," kata Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Kusumanegara selaku Ketua Paguyuban Abdi Dalem Keraton Yogyakarta ditemui di sela persiapan tradisi itu.

Kusumanegara menuturkan, tradisi itu sebenarnya juga tak benar-benar ditiadakan pada 2020 sampai 2022 lalu atau saat Covid-19 masih melanda. Hanya saja tradisi itu memang sengaja tidak terbuka untuk masyarakat dan tidak dalam bentuk berjalan kaki bersama-sama mengelilingi Keraton untuk mencegah penularan meluas.

"Saat pandemi tradisi ini tetap dilakukan namun hanya di satu tempat saja di selatan Keben Keraton dalam bentuk pembacaan tembang, perenungan, dan doa bersama," kata Kusumanegara. "Penyelenggaraan kali ini kami prediksi ada 4.000 abdi dalem dan masyarakat yang turut," ujarnya menambahkan. 

Abdi dalem dan ribuan masyarakat mengikuti tradisi Mubeng Beteng Keraton Yogya dalam peringatan Malam 1 Suro Rabu petang 19 Juli 2023. Tempo/Pribadi Wicaksono

Makna Mubeng Beteng dan Warisan Budaya Tak Benda

Mubeng Beteng merupakan tradisi hajat abdi dalem Keraton Yogyakarta sebagai bentuk refleksi atau penyucian diri agar menjadi pribadi lebih baik di tahun baru yang akan datang. "Ya semacam perayaan tahun baru, namun bukan seperti budaya Eropa yang mengutamakan hingar bingar, melainkan dalam bentuk kontemplasi, berdoa sepanjang prosesi," kata Kusumanegara. 

Kepala Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Dian Lakshmi Pratiwi mengungkapkan, tradisi mubeng beteng ini juga sudah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda dari DIY. "Esensi dari tradisi ini sebagai momen untuk refleksi bersama, melakukan perenungan kemudian kontemplasi dan memohon perlindungan Tuhan," kata dia.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus