Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Musim hujan memang bukan waktu yang tepat untuk liburan. Apalagi menyambangi Ubud, Bali, yang notabene merupakan daerah perbukitan dengan curah hujan cukup tinggi. Namun, bukan berarti dilarang ke sana saat musim hujan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ubud yang berjarak 37 kilometer dari Pantai Kuta, punya beberapa tempat yang bisa dikunjungi saat musim hujan. Bahkan tetap seru meski hujan deras. Berikut ini tiga tempat pilihan yang bisa disambangi.
1. Museum Blanco
Museum Blanco adalah museum milik pelukis berdarah Spanyol dan Amerika kelahiran Filipina. Seniman itu bernama Antonio Blanco. Pada 1953, Blanco resmi menetap di Ubud dan menikahi seorang penari Bali.
Blanco menghabiskan hidupnya di Ubud dan menghasilkan karya-karya maestronya di sini. Lukisan-lukisan seniman itu lalu dimuseumkan di sebuah rumah besar. Gedung itu dibangun di tanah pemberian Raja Ubud dari Puri Saren, yakni Tjokorde Gde Agung Sukawati.
Museum Blanco yang berlokasi di Jalan Raya Penestanan Nomor 8, Sayan, Ubud, menyimpan ratusan koleksi Blanco. Karya-karyanya bergaya Renaisans. Gedung museum itu pun dibangun mengikuti gaya lukisan Blanco, yang merujuk pada humanisme klasik.
Begitu juga dengan musik yang selalu diputar, yang merupakan musik-musik zaman Renaisans. Museum Blanco pernah dikunjungi oleh tokoh-tokoh kenamaan, seperti Michael Jackson dan Presiden Soeharto. Foto para tamu penting ini dipajang di ruang belakang, berderetan dengan foto keluarga Blanco.
Selain museum, pengunjung bisa mendatangi restoran berkonsep alam, yang terdapat di kompleks yang sama. Sambil menikmati makan siang selepas melihat lukisan Blanco, tamu dapat merasakan hawa dingin Ubud setelah diguyur hujan.
Harga masuk Museum Blanco berkisar Rp 30 ribu. Sedangkan wisatawan mancanegara Rp 80 ribu. Bila ingin berkunjung ke sana, Anda harus mengikuti peraturan yang ditetapkan pihak museum. Salah satunya peraturan dilarang memotret, kecuali di halaman luar.
2. Seniman Coffee
Seniman Coffee yang berlokasi di Jalan Sriwedari Nomor 5, Ubud, adalah salah satu tempat yang menawarkan kenyamanan untuk duduk berlama-lama.
Sesuai namanya, kafe ini berkonsep artsy. Bangunan dua lantai kafe itu disulap seperti studionya para seniman. Terdapat beragam interior unik. Misalnya kursi goyang yang terbuat dari kursi plastik dan gelas yang diciptakan dari botol bir.
Sambil menikmati hujan, Anda bisa berkenalan dengan turis-turis asing yang doyan nongkrong di kafe ini. Bisa juga mengikuti work shop kopi yang dipandu oleh para artisan kopi alias barista. Harga yang harus dibayar untuk menyeruput kopi di kafe nyeni ini berkisar Rp 30-40 ribu.
3. Neka Art Museum
Museum yang bertempat di Jalan Raya Sanggingan Campuhan, Ubud, ini dibangun oleh Suteja Neka. Dia adalah anak pemahat paling terkenal di Bali, adalah seorang kolektor ukisan.
Museum yang dibangun pada 1982 ini cocok buat pengunjung yang ingin belajar sejarah perkembangan lukisan di Ubud. Sebab, di rumah tradisional Bali yang disulap menjadi museum itu, dipaparkan perjalanan perkembangan lukisan.
Perkembangan lukisan di Ubud dijelaskan secara detail. Adapun, bila tak paham-paham amat dengan seni lukis, Anda bisa sekadar menikmati taman museum yang didesain sangat asri. Anda juga bisa menyantap beberapa menu tradisional yang dijual di restorannya. Harga tiket masuk Museum Neka dibanderol Rp 50 ribu.
Francisca Christy Rosana
Artikel Lainnya: Bedanya Menyeruput Kopi di Kafe Ubud yang Artsy