Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Desa Jatiluwih terpilih sebagai salah satu desa wisata terbaik Best Tourism Villages 2024 oleh United Nation (UN) Tourism, lembaga di bawah Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) pada Jumat, 15 November 2024. Jatiluwih menjadi salah satu dari 55 desa wisata di berbagai negara yang mendapat pengakuan PBB tahun ini. Desa terbaik ini dipilih dari 260 aplikasi dari lebih dari 60 Negara Anggota Pariwisata PBB.
Tentang Desa Jatiluwih
1. Berada di Lereng Gunung
Dilansir dari laman Jadesta Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Desa Jatiluwih terletak di Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan, Bali. Desa ini berada di lereng Gunung Batukaru yang berdiri di ketinggian 685 meter di atas permukaan laut (mdpl). Adapun produk unggulan di Desa Wisata Jatiluwih seperti beras merah, kopi, durian, ketela, hingga talas.
2. Subak
Desa Jatiluwih dikenal dengan sistem pengairan sawah tradisional yang dikenal dengan subak. Pada 29 Juni 2012, subak diakui sebagai salah satu Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO. Subak sendiri berakar pada ajaran Tri Hita Karana dalam Agama Hindu. Hal ini mencerminkan keseimbangan dan keharmonisan antara manusia, alam dan spiritualitas. Di bangun sejak abad ke-11, subak bukan hanya sebuah sistem irigasi, tetapi juga filosofi hidup yang menekankan pada keharmonisan dan keberlanjutan.
3. Kaya Flora dan Fauna
Desa Jatiluwih dikelilingi oleh hutan lindung seluas 24 hektar. Ini menjadi alasan Jatiluwih kaya akan flora dan fauna endemic, termasuk berbagai jenis burung langka dan kukang jawa. Wisatawan bisa melihat hewan ini saat mendaki atau bersepeda melalui jalur setapak yang membelah hutan dan sawah.
4. Wisata Budaya
Dikutip dari Griyanta.pib.ac.id, Desa Jatiluwih menawarkan wisata budaya, salah satunya Pura Luhur Sri Rambut Sedana. Pura ini dipercaya sebagai tempat untuk memohon kesejahteraan, kemakmuran dan kesuburan. Desa ini juga memiliki air terjun Yeh Ho di Banjar Gunung Sari Umah Kayu. Tak hanya itu, sistem subak di Jatiluwih yang dibuat bertingkat atau berundak-undak menghadirkan keindahan yang berbeda.
5. Tradisi Okokan
Tradisi Okokan di Jatiluwih biasanya ditarikan sekitar 15 orang atau lebih. Tarian ini hanya ditarikan pada saat upacara atiwa-tiwa saja atau ngaben massal (ngerit) di wilayah tersebut. Ini menggunakan kostum dari daun pisang kering (Keraras), daun andong dan kain kasa (berwarna putih). Para penari Baris Memedi dihias sedemikian rupa sehingga penampilannya menyeramkan.
6. Kehidupan Masyarakat Agraris
Jatiluwih memberikan pengalaman kepada wisatawan untuk menyaksikan langsung aktivitas para petani Jatiluwih dan bagaimana sistem irigasi tradisional yang dilakukan. Selain menyaksikan panorama sawah berundak, pengunjung dapat berinteraksi langsung dengan arifnya masyarakat lokal. Selain itu, para pelancong dapat memanfaatkan keindahan alam dengan melakukan tracking menyusuri areal persawahan hingga belajar membajak sawah.
7. Penghasil Beras Merah
Salah satu produk andalan Desa Jatiluwih adalah beras merah. Beras ini mempunyai aroma dan rasa yang berbeda dibandingkan dengan beras merah pada umumnya. Tak hanya itu, desa ini menyediakan teh beras merah yang menjadi pilihan oleh-oleh saat berkunjung ke Desa Jatiluwih.
KHUMAR MAHENDRA | JADESTA.KEMENPAREKRAF.GO.ID | GRIYANTA.PIB.AC.ID | MILA NOVITA | NI KADEK TRISNA CINTYA DEWI
Pilihan Editor: Koh Samui hingga Bali Destinasi Wisata yang Harus Dihindari Tahun 2025
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini